Sejarah india kuno
Zaman Timbulnya
Kerajaan-Kerajaan Arya.
Jambudipa (sebutan India pada zaman purba) oleh bangsa Arya dibagi
menjadi dua wilayah besar, masing - masing Majjhima Janapada (Negeri Tengah,
yang didiami oleh bangsa Arlyaka) dan Paccanta Janapada (Negeri Luar, yang
didiami oleh penduduk asli, Millaka). Batas - batas kedua negeri itu selalu
berubah karena perluasan - perluasan wilayah yang senantiasa dilakukan oleh
kerajaan - kerajaan Arya.
Terdapat enam belas kerajaan Arya, antara lain : Aṅga, Magadha, Nasi,
Kosala, Karu, Pancala, Gandhara, Kamboja. Kerajaan - kerajaan ini
sudah ada pada masa Buddha Gotama dan Mahavira, sekitar 600 tahun sebelum
masehi.
Kerajaan -
kerajaan diperintah oleh raja atau maharaja yang memerintah dengan absolut
maupun tidak absolut. Masyarakat di lingkungan Majjhima Janapada yang beragama
Hindu terbagi ke dalam empat kasta, yaitu Khattiya atau
kesatria (raja dan keluarganya yang memegang
pemerintahan), Brahmana (yang bertugas dalam upacara keagamaan dan
pendidikan), Vessa atau pedagang (termasuk petani dan tukang - ahli)
serta Sudra (para pekerja).
Sejarah bangsa Arya berasal dari dua golongan, yakni
golongan Khattiya dan Brahmana. Antara kedua golongan ini sering
terjadi perkawinan. Beberapa sarjana berpendapat bahwa masyarakat Jambūdīpapurba adalah penganut sistem Matriarchat, yang memberikan hak - hak khusus pada wanita
misalnya mengizinkan seorang wanita mempunyai lebih dari seorang suami.
Buddha berasal
dari Kapilavatthu, di kerajaan Kosala. Di wilayah
kerajaan Kosala ini, Buddha mengajarkan Dhamma. Tempat - tempat suci
yang dihormati menurut ajaran Buddha terdapat
di sana.Benares dan Gayā adalah kota - kota di
wilayah kerajaan Magadha yang mempunyai hubungan dengan kehidupan
Buddha.
Raja yang
memerintah kerajaan Magadha pada masa Buddha Gotama adalah
Raja Bimbisāra. Mahavirayang mengajarkan
agama Jaina termasuk keluarga raja - raja negeri Magadha.
Raja -
raja Magadha yang terkenal, diantaranya :
Si
Sunaga (642 SM)
Bimbisāra (582
SM)
Ajātasattu (554
SM)
Raja Bimbisāra memperluas kerajaan Magadha dengan
menaklukan kerajaan - kerajaan di sekitarnya. Pada masa pemerintahan
Raja Ajātasattu terjadi persaingan antara ajaran Buddha
dan Jaina untuk memperoleh kedudukan penting. Devadatta (saudara
ipar Buddha Gotama) membuat cabang baru dalam ajaran Buddha dan mempunyai
pengikut hingga abad ke-7 masehi.
Raja Ajātasattu memperluas
kerajaan Magadha dan memindahkan ibukota ke Pataliputta, di
tepi sungaiGangga (Ganga). Kota ini di kemudian hari menjadi terkenal
setelah menjadi ibukota dari pemerintahan Raja - raja Maurya.
Pada masa
pemerintahan Raja Ajātasattu, tidak lama setelah Buddha Gotama
Parinibbāna, diselenggarakan sidang Saṅgha (saṅgāyanā) yang
pertama di bawah pimpinan Yang Mulia Mahā Kassapa.
Raja Ajātasattu sebagai penganut ajaran Buddha menyediakan
tempat dan makanan untuk para bhikkhu yang mengikuti sidang di dekat gua Sattapanni, Rājagaha.
Keputusan dalam
sidang pertama itu mencakup beberapa hal penting sebagai dasar - dasar ajaran
Buddha, yakni :
Penetapan Vinaya
(dipimpin Bhikkhu Upali)
Penetapan Sutta
(dipimpin Bhikkhu Ānanda)
Mengadili
Bhikkhu Ānanda
Menetapkan
hukuman kepada Bhikkhu Chana
Mengenai hal pertama dan kedua dari sidang Saṅgha tersebut dibahas
secara lengkap dalam kitab"Samantha pasadika" oleh Buddhaghosa. Raja Ajātasattu telah
memperluas wilayah kekuasaannya dengan mengalahkan kerajaan Vajji yang terletak
di timur-laut Magadha. Raja Vidhubada dari Kosala mengambil alih wilayah bangsa
- bangsa Sakya dan Koliya yang berbatasan dengan Kosala di sebelah utara.
Sejak itu,
selama sekitar satu setengah abad kemudian tidak ada catatan mengenai sejarah
di India hingga kebangkitan kerajaan Maurya, kecuali saṅgāyanā yang
kedua sekitar satu abad setelah saṅgāyanā yang
pertama di Valikarama, Vesālī. Saṅgāyanā dipimpin oleh Bhikkhu Yasa Kakandaputta,
menolak sepuluh tuntutan kelompok Vajjiputta yang berambisi dan menginginkan
keduniawian.
Disebutkan dalam kitab "Samantha pasadika" bahwa sidang Saṅgha yang
kedua itu diselenggarakan pada masa pemerintahan Raja Kalasoka, keturunan
Raja Ajātasattu dan dihadiri oleh 700 bhikkhu. Dari
sidangSaṅgha yang kedua ini muncul aliran Mahasanghika.
Pada masa pemerintahan Raja Udaya (Putra Raja Ajātasattu) sekitar tahun
516 SM, Raja Darius dari Persia menaklukkan beberapa daerah di Sindh dan
Punjab, di hulu Sungai Indus. Dalam berita - berita perang itu tertulis bahwa
daerah yang ditaklukkan itu harus membayar upeti berupa emas. Daerah - daerah
yang pada masa itu amat kaya dan subur karena aliran sungai Indus, sekarang
menjadi padang pasir dan hampir tidak didiami orang karena aliran
sungai Indus berpindah.
Sejak abad ke-5 SM, sejarah kerajaan Magadha tidak begitu jelas lagi. Dari
catatan yang ada, salah seorang keturunan Raja Bimbisāra yang
kekuasaannya tidak begitu besar lagi, dibunuh dan diganti oleh menterinya yang
bernama Mahapadma Nanda dari kasta Sudra. Keluarga Nanda berketurunan 9 orang
raja yang berturut - turut memerintah Magadha sampai tahun 322 SM. Keluarga
Nanda yang terakhir dibunuh oleh Chandragupta Maurya (yang menurut dugaan
berasal dari keturunan Nanda juga).
Melalui
Chandragupta, riwayat kerajaan - kerajaan di India menjadi jelas.
Pada masa pemerintahannya,Magadha berhasil merebut wilayah yang seluas -
luasnya. Tetapi dua tahun sebelum beliau diangkat menjadi raja,
terjadilah suatu peristiwa yang besar yang memberikan pengaruh di seluruh India,
yaitu penyerbuan Iskandar Zulkarnain ke India Utara.
PENYERBUAN ISKANDAR ZULKARNAIN
KE INDIA
Iskandar Zulkarnain adalah seorang raja dan panglima perang Yunani yang
terkenal dalam sejarah purba. Ayahnya memerintah negeri kecil, Macedonia
(sekarang di wilayah Yugoslavia), sebagian dari wilayah Yunani. Pada masa
kecil, selain mendapat pendidikan keprajuritan, beliau juga mendapat pendidikan
filsafat dan ilmu pemerintahan. Salah seorang gurunya yang terkenal adalah
filsuf Aristoteles (384 - 322 SM).
Putera Mahkota Iskandar yang menggantikan ayahnya pada usia 24 tahun,
bercita-cita meneruskan keinginan ayahnya untuk meluaskan wilayah Yunani sampai
ke Asia. Dengan persiapan yang cukup, maka pada 334 SM tentara Iskandar
menyeberang selat Hellespont yang memisahkan Eropa dan Asia dan dengan cepat
menaklukkan Asia Muka (sekarang menjadi Turki), Syria, Palestina, Mesir,
Persia dan Baktria. Tujuh tahun setelah meninggalkan Yunani, yakni pada tahun
327 SM, Iskandar Zulkarnain telah tiba di batas India.
Keterangan tentang penaklukkan Iskandar diperoleh
dari tulisan Arrianos yang bersumber pada keterangan - keterangan dari para
pengiring Iskandar dan dibenarkan oleh beberapa peninggalan di kota - kota lama
India Utara Yang didapati pada abad 19 yang lalu.
Setelah mendirikan benteng - benteng pertahanan di
tapal batas India dan Baktria, pada tahun 327 SM, Iskandar dan tentaranya
menuju India melalui pegunungan Hindu Kush. Pada mulanya Iskandar tidak
mendapat perlawanan dari negeri - negeri yang didudukinya, antara lain
Takkashila (Texila), dekat kotaRawalpindi sekarang. Beliau
menyeberang sungai Indus dan memasuki Punjab (Negeri Lima Sungai).dan
mendapat perlawanan yang hebat di seberang sungai Jhilam oleh Raja Negeri
Poros. Dalam melanjutkan perjalanan ke lembah Sungai Gangga (Gaṅga), setibanya
di sungai Bias, tentara Yunani tidak meneruskan perjalanannya. Sebelum tentara
Yunani kembali, Iskandar mendirikan 12 candi sebagai tanda peringatan dan
sekaligus ungkapan terima kasih kepada dewa - dewa Yunani. Peristiwa itu
terjadi pada tahun 326 SM dan Raja Poros diangkat sebagai wakil Iskandar.
Iskandar dan sekitar 120.000 orang tentaranya meninggalkan India Utara melalui
hilir sungai Indus dengan 2000 perahu menuju laut selama satu tahun. Selama dua
setengah tahun di India, Iskandar terus berperang. Di Teluk Persia, Iskandar
membuat pelabuhan. Sebagian tentaranya kembali ke barat lewat laut dan sebagian
lagi yang bersama Iskandar berjalan melalui darat banyak yang meninggal. Sisa -
sisa tentara yang selamat saja yang tiba di Susa, ibu negeri Persia.
Setelah mengatur ketentraman dan pemerintahan Persia, Iskandar menikah di
Babylonia dengan putri negeri tersebut, Roxana. Iskandar wafat pada usia 33
tahun.
Tidak lama setelah Iskandar wafat, kerajaan yang belum kokoh itu pun runtuh.
Beberapa bagian kerajaan dikuasai oleh para panglima perangnya. Dalam kurun
waktu 3 tahun India berhasil merebut kemerdekaannya dan lenyaplah pengaruh
penjajahan Yunani di India.
Meskipun penjajahan telah lenyap dari India, namun akibat yang ditimbulkan
telah mengubah sejarah India. Setelah masuknya tentara Yunani ke India, maka
hubungan antara India dengan negeri - negeri di
sebelah baratnya menjadi bertambah maju. Sejak itu India tidak lagi merupakan negeri
yang tertutup karena dinding - dinding pegunungan yang tinggi. Hasil - hasil
dan bahan - bahan dari India mulai masuk ke negeri - negeri barat. Sebaliknya
kebudayaan Hellenisme (Yunani) yang di bawa oleh Iskandar, masuk dan tersebar
di India kuno, yang terlihat dari penggalian - penggalian di sebelah India
Utara.
Pemerintahan raja-raja maurya
Mengingat lemahnya kedudukan wakil - wakil yang ditinggalkan oleh Iskandar di
India, tidak lama setelah beliau wafat, penduduk negeri tersebut langsung
bertindak untuk merebut kemerdekaannya. Pemimpin gerakan tersebut
adalah Chandragupta, keturunan raja Nanda di Magadha, yang dibuang
keluar negerinya dan tiba di India Utara. Dengan demikian, muncul dugaan bahwa
Chandragupta pernah bertemu dengan Iskandar dan sebagai pemuda bangsawan yang
mempunyai perasaan keprajuritan, beliau tentu tertarik oleh kegagahan dan
kebijaksanaan pahlawan tersebut.
Kerajaan Iskandar dibagi - bagi oleh para panglima perangnya sehingga mereka
bisa menjadi raja di daerah masing - masing. Di antara mereka, Seleukos
menguasai bagian timur yang melingkupi India Utara. Tindakannya untuk
mempertahankan kekuasaannya di negeri itu dikalahkan
oleh Chandragupta dariMagadha, sehingga beliau terpaksa mencari
perdamaian pada tahun 305 SM. Perdamaian itu sangat berarti, karena semenjak
itu Seleukos mempunyai utusan - utusan di Pataliputta, ibu
kota Magadha. Salah seorang utusan yang bernama Megasthenes,
menuliskan pengalamannya di sana dengan rapi dan teliti. Surat -
suratnya masih tersimpan dan salinannya menjadi sumber penting untuk mengetahui
keadaan dalam kerajaan Chandragupta pada masa itu (322 - 298 SM) dan
pemerintahan putranya, yakni Raja Bindusara (298 - 272 SM).
Penulilain yang terkenal adalah Chanakya Vishnugupta atau Kautilya, seorang Brahmana, guru besar
penasihat Chandragupta ketika beliau berada dalam pembuangan. Setelah
Chandragupta menjadi raja, beliau diangkat sebagai menteri dan dalam jabatan
itu beliau menulis undang - undang yang dikumpulkan dan dinamai Kautilya-Arthasastra. Kitab itu mengandung kejadian yang
sangat bermakna untuk sejarah India kuno, baru ditemukan
di Tanjore oleh seorang ahli Hindu, Shamasastri pada tahun
1906. Beliau yang menafsirkan dan menerbitkan Arthasastra itu.
Kitab Arthasastra memberikan keterangan yang cukup banyak mengenai
peraturan pemerintahan dan kehakiman di zaman itu. Keterangan - keterangan itu
semuanya menggambarkan Magadha sebagai suatu negeri yang maju dan
mempunyai kebudayaan tinggi, pemerintahan, keuangan, kehakiman, perekonomian
serta cara pertahanan yang teratur. Peraturan - peraturan pemerintahan tersebut
muncul dari kebijaksanaan dan pemikiran sendiri, bukan meniru negeri lain.
Raja adalah pemegang kekuasaan tertinggi, di bawahnya terdapat raja - raja
muda yang menguasai propinsi - propinsi. Di samping raja, ada suatu badan
penasihat tinggi. Pusat pemerintahan diserahkan kepada 18 kementerian yang amat
lengkap, yakni kementerian pertahanan negeri, dibagi atas 8
bagian.Para pejabat menerima gaji yang cukup supaya mereka tidak memeras
penduduk. Pajak tanah, cukai barang masuk, pajak penghasilan, yang dihitung
dengan aturan - aturan yang modern, sudah dijalankan di
kerajaan Magadha. Untuk meningkatkan hasil pertanian diadakan irigasi
secara besar – besaran yang sangat diperlukan di negeri panas seperti India.
Jalan - jalan raya terdapat di seluruh kerajaan. Untuk mengetahui keadaan
rakyat, secara diam – diam, raja mengirim utusan – utusan khusus untuk
mengadakan pemeriksaan di daerah – daerah.
Pertahanan di dalam negeri sangat kuat. Menurut keterangan Megasthenes,
tentara Magadha terdiri dari sekitar 600.000 prajurit, 30.000
prajurit berkuda, 9.000 ekor gajah dan 8.000 kereta perang. Keraton raja
di Pataliputta sangat indah dengan banyak harta yang terkumpul di
dalamnya. Para pegawai wanita bekerja di dalam keraton dengan
kedudukan teratur.
Kaum Brahmana mendapat perlindungan yang khusus, mereka banyak
memberikan pengaruh kepada raja. Menurut kabar dari kaum Jaina, sesudah
terjadi kelaparan hampir 10 tahun, Raja Chandragupta mengundurkan diri dari
pemerintahan dan menjadi pengikut Jaina, karena beliau merasa bersalah
terhadap rakyatnya. Beliau digantikan oleh putranya,
Raja Bindusara (298 - 272 SM).
Riwayat Raja
Bindusara tidak begitu jelas. Raja Bindusara pertama kali memerangi bangsa -
bangsa di daerah Deccan di India Tengah. Beliau digantikan oleh
putranya yang terkenal dalam sejarah India, yakni Raja Asoka
Vardana (272 - 232 SM).
Sebelum Raja Asoka naik tahta, beliau memegang kuasa sebagai raja muda di India
Barat, suatu ujian diadakan untuk menunjukan kecakapannya. Beliau menggantikan
ayahnya sejak masih muda, tetapi penobatannya sebagai raja baru diadakan empat
tahun kemudian. Tidak seperti nenek dan ayahnya, beliau adalah seorang yang
lemah lembut, ramah dan berbakti, setia kepada agama dan sangat mengasihi
rakyatnya. Walaupun demikian, beliau terpaksa berperang demi ketentraman
di Deccan dan menaklukkan kerajaan Kalinga (Teluk
Benggala). Setelah Raja Asoka mendengar bahwa dalam peperangan tersebut sekitar
100.000 orang Kalinga meninggal dan 150.000 ditawan, beliau sangat
sedih dan bersumpah tidak akan mengangkat senjata lagi terhadap siapa pun untuk
selamanya. Semakin lama semakin nampak keinginannya untuk mengikuti
ajaran Buddha dan menjalankan segala ajaran Buddha dalam
kehidupan sehari - hari serta dalam pemerintahan.
Di tahun 249 SM atau 24 tahun setelah menjadi raja, Raja Asoka mengunjungi
tempat - tempat yang berhubungan dengan kehidupan Buddha Gotama.
Tempat - tempat tersebut adalah : Kapilavatthu(tempat
kelahiran Buddha), Vārāṇasī (tempat Buddha pertama kali
mengajarkan Dhamma),Buddhagayā (tempat pohon MahāBodhi),
dan Kusināra (tempat Parinibbāna Buddha). Di tempat - tempat tersebut, Raja memberikan dāna dan mendirikan tanda - tanda peringatan
yang sampai sekarang masih sangat bermakna untuk mempelajari sejarah masa lalu.
Raja Asoka meninggalkan ajaran Brahmana dan mengikuti
ajaran Buddha, kemudian Raja menjadiBhikkhu. Ajaran Buddha pada
masa itu mendapat kedudukan sebagai agama kerajaan. Atas titah Raja Asoka,
sekitar 48.000 buah thūpa (stupa) didirikan. Yang masih tersisa
adalah stupa yang terkenal di Sanchi (India Tengah), dekat ibukota di
bawah pemerintahannya dulu. Untuk puterinya, Puteri Charumali yang sangat
berbakti, Raja mendirikan beberapa vihāra bagi kaum wanita, terutama di bagian Nepal.
Pada tahun
kesepuluh masa pemerintahan Raja Asoka diselenggarakan Saṅgāyanā yang
ketigadiibukota Magadha, Pataliputta (218tahunsejak Parinibbāna Buddha Gotama). Sgāyanā dipimpinoleh Bhikkhu Tissa Moggaliputta danmenetapkan Kattavatthu ke
dalam Abhidhammā. Diberitakan bahwa pada masa itu terdapat delapan
belas aliran (Therāvada yang terkemuka) dalam ajaran Buddha. Seorang
sarjana barat, Kern, menilai bahwa Saṅgāyanā ketiga ini bukan bersifat umum, melainkan
hanya dihadiri oleh kelompok Therāvada.
I-Tsing yang berkunjung ke India (tanpa singgah ke Sri Lanka) pada akhir
abad ke-7 Masehi memberitakan bahwa Theravāda sangat dominan di
bagian selatan India, sementara Sarvastivada(dengan kitab
berbahasa Sansekerta) berpengaruh di belahan utara India, menyebar dari
barat ke timur. Namun seperti diketahui bahwa ajaran Buddha mengalami
kemunduran dan lenyap di India pada abad ke-15 Masehi.
Di masa pemerintahan Raja Asoka, seluruh India hampir dapat disatukan, hanya
bagian ujung Selatan dan Sailan yang belum takluk kepadanya. Delapan belas
tahun setelah Saṅgāyanā ketiga,
Raja Asoka mengirim putranya (sumber lain menyebutkan sebagai
kemenakannya), Bhikkhu Mahinda, ke Pulau Sailan dengan
membawa Tipiṭaka PāỊi beserta
komentarnya. Tipiṭaka inilah yang diyakini hingga sekarang masih
berada di Sailan, Burma, Siam dan Kamboja. Kemudian Bhikkhu Mahinda kembali
ke Sri Lanka untuk menyebarkan Dhamma. Sejak itu, setiap tahun beratus -
ratus orang datang mengunjungi tempat suci di daerah Benares. Dari zaman Raja
Asoka sampai sekarang pulau Ceylon menjadi pusat penyebaran ajaran Buddha.
Dalam sejarah India, belum pernah terdapat seorang raja yang mempunyai kerajaan
yang begitu luas seperti Raja Asoka. Kerajaan Chandragupta di abad
ke-5 Masehi dan kerajaan Moghul (Sultan Akbar dan turunannya) di abad
ke-16 dan 17 tidak sampai menyamai kerajaan Raja Asoka itu.
Yang penting dalam sejarah pemerintahan Raja Asoka dan yang membuat namanya
terkenal sampai sekarang adalah tulisan - tulisan (prasasti) yang
dipahat pada dinding - dinding dan tiang - tiang batu (zuilen). Kebanyakan di
antara prasasti - prasasti masih terpelihara serta dapat
diselidiki dan ditafsirkan isinya oleh ahli - ahli kesusastraan India. Tanda -
tanda peringatan itu didirikan oleh Raja Asoka di seluruh kerajaannya,
jadi bukan di ibukota saja.
Bahasa yang dipakai dalam tulisan - tulisan itu adalah bahasa Prakrit,
bahasa orang biasa pada masa itu. Bahasa itu sangat erat hubungannya dengan
bahasa Sankrit dan bahasa PāỊi yang lazim dipakai dalam
kitab - kitab ajaran Buddha. Prasasti - prasasti itu
mengandung berbagai undang - undang dan aturan - aturan tentang agama dan
masyarakat, perdamaian antara agama – agama, upacara, kebaktian dan lain -
lain.
Dari tulisan - tulisan itu diketahui bagaimana susunan pemerintahan pada masa
Raja Asoka. Jelas pula kondisi batin raja tersebut, sebab dari susunan kata -
kata dan perasaan - perasaan batin yang diuraikan
dalam prasasti - prasasti itu, nampak bahwa makna yang
terpahat tersebut muncul dari pemikiran raja sendiri, bukan buah pikiran menteri
atau penasehat - penasehat di istananya.
Raja Asoka dengan resmi telah mengikuti ajaran Buddha, akan tetapi rakyat
pada umumnya masih setia kepada ajaran Hindu, yang sudah berakar teguh
dalam masyarakat sejak zaman purba. Para Brahmanamasih memberikan
pengaruh yang besar kepada rakyat. Dalam keadaan demikian, Raja Asoka
mengeluarkan amanat supaya di antara agama - agama dan aliran - aliran haruslah
ada ikatan persaudaraan dan perdamaian, setiap agama bebas untuk melakukan
kebaktian dan mendapatkan perlindungan yang sama dari raja.
Pendidikan masyarakat didasarkan pada ajaran Buddha. Oleh sebab itu,
beliau melarang pembunuhan terhadap makhluk hidup, baik manusia maupun hewan,
yang melanggar aturan itu akan mendapat peringatan keras. Ajaran Buddha
mengajarkan adanya kelahiran kembali di 31 alam kehidupan. Kelahiran kembali
itu ditentukan oleh hasil perbuatan (kamma) setiap manusia, yakni hasil dari
segala perbuatannya, yang baik maupun yang buruk. Oleh karena itu, manusia dan
hewan tidak boleh dibunuh.
Dalam tulisannya, Raja Asoka memerintahkan supaya setiap orang menghormati
orang tua, leluhur dan orang - orang yang patut dihormati. Kewajiban lain
adalah supaya setiap orang mencari kebenaran, bersikap rendah hati, dan murah
hati. Tindakan Raja Asoka yang penting sehubungan dengan
ajaranBuddha adalah mendirikan rumah - rumah sakit dan rumah - rumah
sederhana; menyediakan pondok - pondok untuk merawat hewan yang sakit; memberi
dāna kepada Saṅgha; mendirikan vihara – vihara; mengirim utusan keluar negeri
untuk meningkatkan perdamaian, seperti ke Iran, Mesir, dan Sailan; menjaga jalan - jalan raya;
menyediakan tempat persinggahan, sumur – sumur; menanam pohon – pohon buah di
pinggir jalan untuk umum dan sebagainya.
Dari semua itu, nampak jelas bahwa Raja Asoka adalah raja yang bijaksana,
beragama, berpendirian atas kemanusiaan dan menghormati semua agama. Banyak
cerita mengenai ketenaran Raja Asoka, kepercayaan tentang kehidupannya yang istimewa
masih terdengar sampai sekarang, terutama di Sailan, pusat
ajaran Buddha, beliau dihormati sebagai seorang manusia yang
merupakan penjelmaanBodhisatta.
Kerajaan Maurya sangat maju dan mencapai puncaknya di bawah
pemerintahan Raja Asoka. Setelah raja wafat, kaum Brahmana yang
merasa tidak mendapat kedudukan tinggi di masyarakat yang mengikuti
ajaran Buddha mengajak rakyat untuk melawan Raja Dasaratha, putera
Raja Asoka. Kerajaan Mauryamulai mundur dan terpecah - pecah. Tindakan
tersebut tidak menghormati ajaran Buddha. Hal itu akan muncul
lagi lima abad kemudian, yakni di zaman Samudragupta.
Raja Sunga menjadi tidak berkuasa lagi di bawah pengaruh menterinya, Vasudeva,
yang akhirnya membunuh raja dan menggantikannya (73 SM). Keturunannya bernama
Raja Kanva. Raja Kanva memerintah selama 45 tahun saja dan digantikan oleh Raja
Andhra, yang mempunyai 30 turunan, memerintah hampir 250 tahun lamanya, sampai
tahun 225 Masehi.
Kerajaan Andhara
Kerajaan Andhara didiami oleh bangsa Dravida , letaknya dipantai teluk Benggala
, diantara muara sungai
Godavari dan Krisna. Diwaktu pemerintahan raja Asoka kerajaan itu ditaklukkan
dan diharuskan membayar upeti. Tapi kerajaan itu kemudian semakin hari semakin
bertambah kuat , sehingga seorang dari antara raja –rajanya dapat menduduki
kerajaan Maurya.Selama raja – raja Andhara memerintah , agama Brahma dan Buddha
kedua duanya mendapat penghargaan yang sama. Walaupun raja – raja sendiri
memeluk agama Brahma , agama Buddha mendapat perlindungan dan bantuan juga dari
pihak mereka.
Dalam masyarakat negeri Andhara
terdapat 4 golongan yaitu :
1.
raja dan kepala – kepala daerah
terdiri dari kaum ningrat Maharathi dan Mahasenapati.
2.
pegawai – pegawai negeri.
3.
pekerja yang terdidik (juru tulis ,
juru obat , juru tanaman )
4.
pekerja tangan (tukang besi , kayu ,
pemancing , dsb )
KERAJAAN PARTHI
(INDIA BARAT)
Sisa kerajaan Iskandar Zulkarnain yang masih terdapat di Persia pada masa itu adalah kerajaan Baktria.Penduduknya kebanyakan pengembara yang suka berpindah tempat untuk menggembalakan ternaknya.Bangsa itu selalu hendak memasuki India. Terutama setelah mereka didesak oleh bangsa lain yang datangdari sebelah utara. Kerajaan Baktria akhirnya ditaklukan oleh bangsa Parthi yang kemudian terusmerebut daerah sungai Indus di India
Barat. Di zaman ini terjadilah perpindahan bangsa - bangsa AsiaTengah ke India (bangsa - bangsa Parthi dan Saka) secara besar - besaran.
Raja
yang terkenal dari bangsa Parthi adalah Gondophares. Menurut berita,
raja inilah yang membawaagama Kristen ke India.
KERAJAAN KUSHAN (INDIA UTARA)
India
Utara menderita kerusakkan disebabkan oleh masuknya bangsa Yue -
Chi dari Tiongkok Tengah.Bangsa ini amat perkasa, sehingga mereka menaklukkan daerah - daerah Turkestan dan mengusir bangsa- bangsa Saka atau Scyth dari kediamannya disekitar laut Kaspia. Mereka mendirikan suatu kerajaanyang kuat disebelah Utara India.
Zaman Raja-Raja gupta dan zaman
keemasan india
Dalam abad yang ke-4 mulailah cahay yang bersinar kembali dalam sejarha india
dengan timbulnya suatu kerajaan baru, yaitu kerajaan gupta. Kerajaan ini
menghampiri kemasyuran kerajaan maurya dizaman chandragupta dan asoka maurya.
Kerajaan ini menghampiri kemasyuran kerajaan Maurya dizaman Chandragupta dan
Asoka Maurya.Raja itu mengambil nama Chandragupta 1 , nama yang sudah masyur
dizaman purbakala. Ia memerintah dari tahun 320 – 330 dan diganti oleh
puteranya Samudragupta yang memerintah antara tahun 330 – 375.
Raja ini terhitung salah satu yang termasyur diantara raja – raja India.
Berhubung dengan peperangan – peperangan yang dilakukannya dan kemenangan –
kemenangan yang diperolehnya ia dapat dibandingkan dengan napoleon.
Samudragupta adalah Brahmin yang setia kepada agama hindu , akan tetapi orang
yang gagah perkasa juga yang ingin memperluas kerajaannya. Tidak lama setelah
raja itu dinobatkan ia mulai memerangi kerajaan – kerajaan yang terletak
disekitar kerajaannya dan menakklukan daerah yang dinamai sejak lama Hindustan
dan kemudian daerah –daerah di sebelah utara. Setelah itu Samudragupta
mengadakan persediaan untuk menyerang daerah –daerah di sebelah selatan yang
sukar sekali dimasuki. Raja itu berturut turut menakklukan Kosala –Selatan ,
Nagpur , Orissa dan India Tengah. Peperangan diteruskannya ke bagian
selatan sekali dengan melalui sungai Mahanadi dan Godavari dan menakklukan
kerajaan – kerajaan Kalinga dan Pallava di daerah Madras yang sekarang.
Kemudian Samudragupta mengambil jalan kesebelah barat dan melalui kerajaan –
kerajaan Mahrata , Devarashtra dan Khandesh. Peperangan itu memakan waktu lebih
dari 3 tahun dan perjalanan tentaranya lebih dari 3000 mil.
Akan tetapi negeri – negeri yang diperangi itu tidak seluruhnya dapat
dimasukkan dalam kerajaannya. Yang langsung di bawah pemerintahannya ialah
daerah Hindustan , sebagian dari India Utara dan India Tengah. Yang diluarnya
hanya dipandang sebagai kerajaan – kerajaan yang membayar upeti dan di bawah
perlindungan kerajaan Gupta. Raja itu mengadakan hubungan dengan Meghavarna ,
raja Sailan yang beragama Buddha.
Dibawah pemerintahan puteranya Chandragupta 2 Vikramaditya (375 – 415) kerajaan
Gupta bertambah luas lagi. Daerah – daerah di sekitar Indus yang dikuasai orang
Saka ditakklukannya , negeri – negeri kaya di India Barat seperti Gujarat dan
Malwa dirampas. Dengan jalan demikian kerajaan Gupta dapat mempunyai pelabuhan
– pelabuhan ; kapal –kapal memudahkan perhubungan dengan negeri Arab dan Mesir
melalui laut Kolzum (laut merah).
Diwaktu pemerintahan Chandragupta 2 Vikramaditya kerajaan Gupta sampailah
dipuncak kebesarannya. Keadaan kerajaan amat makmur dan sentosa , pemerintahan
dijalankan dengan bijaksana selama 30 tahun dipegang oleh raja.
Setelah raja itu wafat ditahun 415 kerajaan Gupta lambat laun mundur , terutama
oleh karena desakan bangsa Huna (Huns) dari Utara dan sikap raja – raja
penggantinya yang tidak cakap. Diantara tahun 480 -490 jadi kurang lebih 70
tahun sesudah Chandragupta 2 wafat , kerajaan Gupta sudah mulai pecah belah.
Keturunan Gupta tetap tinggal memerintah hingga abad ke 8 , akan tetapi hanya
sebagai raja –raja kecil saja di Magadha.
5. Zaman Raja Harsha (606-647)
satu kali lagi dalam sejarah india sebelum zaman islam, pengharapan akan
tercapainya persatuan itu timbul, akan tetapi tidak lama, ialah dibawah
pemerintahan harsha raja hindu penghabisan yang mahsyur. Pengetahuan kita tentang
harsha lebih kurang lagi dari pada pengetahuan tentang raja-raja yang lain ,
kecuali chandragupta dan asoka maurya. Dua buah sumber keterangan dapat
disebut, yaitu kitab yang ditulis oleh huen tsang, tatkala ia mengunjungi india
diantara tahun 630-644, jadi ketika raja harsha sampai pada puncak kuasanya dan
kitab harsha charita, suatu kumpulan persitiwa-peristiwa yang berturut-turut
selama pemerintahan raja harsha yang ditulis oleh pujangga kraton bernama Bana
, sorang brahman.
artikel sejarah
asia ( zaman arya sampai zaman kerajaan india utara dan selatan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar