India merupakan kawasan dimana kebudayaan
serta agama Hindu dan Budhanya berkembang pesat. Biasa dibilang bahwa di India
adalah cikal bakal adanya agama Hindu Budha. Hal ini mempunyai pengaruh besar
bukan hanya di India namun juga di kawasan Asia Tenggara maupun Asia Timur.
Untuk saat ini India merupakan negara yang mempunyai luas wilayah nomer tujuh di
dunia dan nomer dua untuk jumlah penduduknya. India semula di kuasai
oleh Bangsa Dravida. Namun sejak kedatangan Bangsa Arya yang berhasil merebut
wilayah India bagian Utara, Bangsa Dravida lari ke India bagian Selatan
(didaerah Dekhan). Bangsa India yang berada di bagian utara mendirikan
kerajaan-kerajaan Hindu. Sehingga agama Hindu dibawa oleh bangsa Arya. Hindu di
bawa oleh pendatang bangsa Arya (Bharata) abad XV SM
A. Awal Terbentuknya Kerajaan Magadha
Pada abad ke VII SM, di India bagian
Utara berdiri kerajaan yang sering disebut dengan Kerajaan Arya. Hal ini diduga
karena didominasi oleh budaya yang dibawa oleh bangsa Arya setelah bangsa Dravida terusir ke kawasan Asia
Selatan. Zaman Aryalah yang menyaksikan lahirnya kerajaan-kerajaan yang ada di
India. Karena pada saat itu bangsa Arya yang menguasai India bagian
Utara India dengan membawa agama Hindhu.
Di India bagian utara telah berdiri
kerajaan seperti Gandhara, Kosala, Kasi, dan Magadha. Tetapi yang paling
terkemuka ialah Kerajaan Magadha. Magadha didirikan oleh
Dinasti Sisunaga sekitar tahun 642 SM, ibukotanya berada di Giripraja atau
Rajgir. Dalam kerajaan Magadha didirikan oleh sekitar 5 Dinasti yaitu :
1. Dinasati Sisunaga,
memerintah 642-413 SM
2. Dinasti Nanda, memerintah
413-322 SM
3. Dinasti Maurya,
memerintah 322-185 SM
4. Dinasti Sunga, memerintah
185-75 SM
5. Dinasti Kanva, memerintah
75-28 SM
Dibangun oleh Dinasti Sisunaga dan runtuh
pada Dinasti Kanva, dan terkenal, berkuasa serta menjadi kejayaan bagi kerajaan
Magadha yaitu pada Dinasti Maurya. Pada dinasti Sisunaga (pendiri awalnya )
paling terkenal yaitu Raja Bimbisara anak dari Raja Sisunaga. Pada Dinasti
Nanda terdapat sembilan raja, namun dalam dinasti ini tidak begitu banyak nama
raja yang diketahui bahkan hampir tidak ada yang mengetahui. Salah seorang
keturunan raja Nanda dan pernah menjabat sebagai menteri di kerajaan
Magadha, Mahapadma Nandaberhasil membunuh salah seorang keturunan
Bimbisara dan menggantikan tahta kekuasaannya[1]. Berkuasa sekitar hampir selama satu
abad, pada waktu itu juga terdapat penyerbuan Iskandar Agung ke lembah Indus,
Magadha berada dibawah pemerintahannya Raja Nanda yang amat besar kekuasaannya Yang
ketiga yaitu Dinasti Maurya yang mana paling terkenal adalah raja pertama
dinasti ini yaitu Candragupta dan Raja Asoka. Ibukota kerajaan ini juga
berpindah-pindah karena pemimpinnya yang berpindah-pindah. Ibukota kerajaan
Magadha di masa Candragupta ada di Pathiputra atau seperti orang Yunani
menyebutkanya adalah Polibotra. Dinasti Sunghadinasti keempat, dan dinasti
terakhir yaitu dinasti Kanva. Dinasti yang membawa kerajaan Magadha mengalami
keruntuhan dan digantikan kerajaan lain yaitu kerajaan Andhra.
B.Dinasti-Dinasti Pemimpin Kerajaan Magadha
1. Dinasti Sisunaga
Dinasti Sisunaga memerintah Kerajaan Magadha kurang lebih
540-490 SM dengan 5 orang raja yang memerintah. Dengan urutan sebagai berikut,
Sisunaga (Pendiri Kerajaan Magadha) (Sekitar 642 SM), Bimbisara (540-490 SM),
Ajatasatru (490- 459 SM), Darsaka(458- 435 SM), dan Udaya (435- 413 SM).
Diantara kelima raja tersebut, Bimbisara (anak Sisunaga)
merupakan raja yang terkenal karena berhasil memperluas wilayah hingga Kerajaan
Kosala dan Vaisali. Raja Bimbisara kemudian digantikan oleh anaknya Ajatasatru
(490-459 SM). Dalam masa pemerintahnya, agama Buddha dan Jain saling bersaing
untuk merebutkan pengaruh di istana Kerajaan Magadha. Jainlah yang berhasil
menarik perhatian raja Ajatasatru.
Dalam masa Ajatasatru Ibu Kota Kerajaan Magadha dipindahkan ke
Pataliputra tepi Sungai Gangga yang semulanya beribukota di Giripraja. Kemudian
dilanjutkan Darsaka yang memerintah tahun 458- 435 SM. Setelah Darsaka berhenti
memerintah, Pemerintahan digantikan oleh puteranya Udaya, yang merupakan cucu
dari Ajatasatru.
Pada masa pemerintahan Udaya,seorang Raja Imperium Persia yakni
Darius Hustapes yang sedang memperluaskan wilayah ke India. Darius Hutapes
lewat gerakan militernya berhasil menaklukan daerah Sind dan Punjab bagian
barat. Pada 413 SM, dinasti Sisunaga dikalahkan oleh seorang menterinya yang
bernama Mahapadma Nanda. Dimana menteri tersebut berhasil mendirikan Dinasti
Nanda.
2. Dinasti Nanda
Dinasti Nanda memerintah kerajaan Magadha sekitar satu abad
lamanya (413- 322 SM). Pemerintahan Nanda dipimpin 9 orang raja. Dinasti ini kurang
disukai oleh rakyat pada waktu itu karena dianggap memberatkan rakyat, misalnya
saja kewajiban membayar pajak yang tinggi. Pada tahun 326- 5 SM terjadi
beberepa pemberontakan sehingga memnunculkan seorang pemuda yang bernama Candragupta
Maurya. Candragupta Maurya berhasil merebut kekuasaan Dinasti Nanda dan
berhasil menancapkan kekuasaan Kerajaan Magadha di bawah Dinasti Maurya.
3. Dinasti Muarya
Pada masa dinasti Maurya merupakan dinasti yang mampu membawa
India pada masa kejayaannya. Pada 322 SM Chandrgupta naik tahta dari hasil
kudeta yang di pimpin dari kekuasaan dinasti Nanda. Hal penting yang
patut dicatat pada masa Chandragupta adalah persinggungan India dengan bangsa
asing, tepatnya kekaisran Macedonia yang dipimpin oleh pemimpin agung Alexander
the great(Iskandar Zulkarnain). Peristiwa ini berlangsung dua tahun sebelum
Chandragupta naik tahta.
Kedatangan Macedonia tidak hanya mempunyai maksud politis saja
tetapi juga misi penyebaran budaya barat ke daerah timur . Beberapa sumber
mengatakan bahwa ekspansi Alexander the great tidak mempunyai
motif politik sama sekali, karena pasukan Macedonia hanya lewat saja dan tidak
meneruskan penyerangan kearah timur, dan bahkan mereka kembali lagi ke barat
(Eropa).
Selain itu, hal menarik yang perlu dikaji pada masa Ashoka
adalah berkembangnya agama Budha. Pada tahun 261 SM Asoka bertekat untuk
membulatkan kerajaan dengan jalan menaklukkan Kalingga atau Orissa yang
terletak di teluk Benggala dan merupakan negara merdeka yang belum di kuasai
oleh negara lain. Dan dalam pertempuran perebutan wialyah itu, menurut yang
tercatat pada pertilisan maupun batu karang yang di keluarkan oleh Asoka, di
katakana bahwa 125 orang di tawan, 100.000 orang mati terbunuh dan berlipat
ganda dari semua itu musnah.
Tindakan yang di lakukan Asoka tersebut telah membuat proses
pemersatuan India itu meruapkan ambisi dari sang raja yang ingin berkuasa
dengan segala kekejaman. Hingga pada suatu saat sang raja terpengaruh oleh
kebijaksanaan seorang pendeta agama Budha yang bernama Upagupta sehingga raja
berubah menjadi orang bijak serta belas kasihan terhadap sesama. Asoka memasuki
salah satu aliran Budha dan menjadi seorang biksu serta bertekat mengembangkan
ajaran Budha ke seluruh penjuru daerah kekuasaannya. Padahal nenek moyang
Ashoka adalah penganut setia Hindu.
Ia adalah satu-satunya raja yang sangat berperan atas
berkembangnya Agama Budha. Dia seakan-akan melawan nenek moyangnya yang selalu
menjadikan Agama Hindu sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaannya. Namun pada
akhirnya eksistensi Budha berhasil disingkirkan karena banyaknya aliran yang
menolak Budha, terutama dari kalangan Brahmana . Puncaknya adalah kematian raja
terakhir dinasti Maurya, Buhadratha, di tangan Sungha pada 185 SM.
4. Dinasti Sungha
Dapat dikatakan bahwa Dinasti Sungha adalah
aktor yang berperan penting dalam mengembalikan keberadaan Agama
Hindu yang sempat tenggelam pada masa raja Ashoka, dengan keberhasilannya
membunuh Buhadratha tahun 185 SM . Mulai saat itu sampai tahun 1875, Sungha dan
keturunannya berhasil menguasai Maghada. Seperti yang telah disinggung, bahwa
Sungha kembali memberi angin segar kepada pemeluk Hindu dan khususnya Brahmana
untuk kembali mengembangkan Agama Hindu.
5. Dinasti Kanva
Raja Sunga menjadi tidak berkuasa lagi di bawah pengaruh
menterinya, Vasudeva, yang akhirnya membunuh raja dan menggantikannya (73 SM). Keturunannya
bernama Raja Kanva. Raja Kanva memerintah selama 45 tahun saja dan digantikan
oleh Raja Andhra, yang mempunyai 30 turunan, memerintah hampir 250 tahun
lamanya, sampai tahun 225 Masehi.
C. Keruntuhan Dinasti Maurya
Dalam proses keruntuhannya Dinasti Muarya memiliki sejarah yang
dramatis, dikenal sebagai dinasti yang membawa Kerajaan Magadha pada masa
kejayaan dengan melakukan perluasan kekuasaan hingga hamper menyatukan india
melalui peperangannya. Sampai mengalami kemerosotan yang sangat drastic. Ada beberapa faktor yang menarik mengenai
runtuhnya Dinasti Maurya, yang akan di bahas sebagai berikut.
1. Pembagian Kekaisaran Maurya
Penyebab
langsung pada penurunan tersebut adalahpembagian dari Kekaisaran Maurya menjadi dua
bagian, seperti yang dibahas sebelumnya. "Seandainya pembagian tidak terjadi, invasi Yunani dari Barat Lautbisa saja dibendung untuk sementara
waktu. pembagian kerajaan jugamengganggu berbagai layanan.”
2. Lemahnya Penguasa Maurya Setelah Asoka
Suksesi penguasa Maurya yang lemah setelah Asoka
benar-benar mengganggu administrasi Maurya. Lemahnya penguasa ini
dapat dibayangkan dari kenyataan
bahwa sebanyak enam penguasa bisa memerintah dalam kurun waktu 52 tahun Kekaisaran
dan akhirnya raja Maurya yang terakhir dibunuh
oleh Panglimanya sendiri Pusyamitra Sungha
yang kemudian naik tahta dan mengawali kekuasaan Dinasti Sungha.
3. Asoka Bertanggungjawab dalam Kemunduran ini
Banyak sarjana menuduh Asoka sebagai penanggung jawab atas penurunan Dinasti Maurya. HC Raychaudhuri
menyatakan bahwa kebijakan pasifis Asoka bertanggung jawab karena menghambat
kekuatan kekaisaran. Dia mengatakan: "Dari waktu Bimbisara perang
Kalinga sejarah India adalah kisah perluasan Magadha dari negara kecil di Bihar
Selatan ke kerajaan raksasa membentang dari kaki Hindukush ke perbatasan negara
Tamil.
Setelah perang Kalinga terjadi periode
stagnasi pada akhir yang proses dibalik. Kekaisaran secara bertahap
menyusut luasnya sampai tenggelam ke posisi yang Bimbisara dan para penerusnya
telah dibangkitkan itu. "
Namun, pandangan Raychaudhuri itu tampaknya
tidak dapat dipertahankan, karena Asoka tidak berpaling pasifis lengkap setelah
perang Kalinga mengingat fakta bahwa ia tidak demobilisasi tentara Maurya atau
menghapuskan hukuman mati. Asoka hanya menyerah kebijakan imperialis dan
berkhotbah non-kekerasan setelah perang Kalinga. Pasifisme praktis seperti
tidak bisa bertanggung jawab atas penurunan Kekaisaran Maurya.
Harprasad Sastri memegang pandangan bahwa
penurunan Kekaisaran Maurya adalah hasil dari pemberontakan brahmanis karena
laranganpengorbanan hewan dan merusak
prestise Brahmana dengan "mengekspos mereka sebagai dewa-dewa
palsu". Tapi pandangan Sastri hanyalah hipotetis karena pertama,
Brahmanisme sendiri menekankan non-kekerasan dan kedua, Asoka hanya melarang
penyembelihan hewan tidak perlu tertentu dan pada hari-hari keberuntungan
tertentu. Kemudian lagi sering permintaan Asoka dalam piagam-piagam nya
untuk hormat untuk Brahmana dan Sramanas hampir menunjuk ke keberadaannya
anti-Brahmana-manical dalam pandangan.
4. Tekanan Pada Ekonomi Maurya
D.D. Kosambi berpendapat bahwa telah terjadi tekanan terhadap
perekonomian Maurya. Dapat dilihat dari tingginya pajak yang ditarik serta
melemahnya perdagangan.
5. Administrasi yang sangat
terpusat
Prof Romila Thapar berpandangan:
"sistem administrasi Maurya begitu terpusat yang memungkinkan penguasa mampu
menggunakannya baik untuk keuntungan pribadi maupun kepentingan Kerajaan Magadha sendiri, pada tingkat yang sama itu
bisa menjadi berbahaya bila penguasa yang
lemah mendapatkehilangan kontrol pusat
dan memungkinkan terjadi kehancuran
dimana-mana.
Melemahnya pusat kontrol di bawah Maurya
kemudian menyebabkan melemahnya administrasi secara otomatis. Pembagian kekuasaan setelah kematian
Asoka telah memberikan pukulan lebih lanjut kepada pemerintah Maurya yang terpusat di bawah
penguasa yang lemah, yang mengarah ke
penurunan dan disintegrasi Kekuasaan Maurya.
Faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap penurunan Dinasti
Muarya telah digambarkan dalam pemberontakan kaum brahmanis terhadap kelompok
kebijakan Pro-Budhis Asoka serta para pengikutnya. Pemberontakan rakyat
terhadap pemerintahan Maurya setelah kematian Asoka.(writer. 2011)
D. PENINGGALAN-PENINGGALAN PADA MASA KERAJAAN MAGADHA
Orang-orang India pada masa itu meninggalan seni seperti membuat
patung, kuil, namun peninggalan-peninggalan itu tidak ada lagi. Orang-orang
ahli mengatakan adanya peninggalan-peninggalan seni tersebut seperti patung,
kuil itu banyak dibuat pada masa Kerajaan Magadha terutama Dinasti Maurya, raja
Asoka yang mana ukiran serta pahatan-pahatannya berkembang dan mempunyai mutu
yang tinggi. Namun perkembangan itu tidak begitu terang, dikarenakan menurut
para ahli bahwa hasil-hasil seni tersebut terbuat dari kayu ataupun bahan bahan
yang tidak awet sehingga peninggalan-peninggalan itu tidak berbekas lagi.
Selain itu para ahli menemukan hal-hal yang aneh akan hilangnya
peninggalan-peninggalan tersebut, namun para ahli tidak berani untuk mengambil
kesimpulan.
Dalam dinasti Maurya yang dipakai dalam hasil karyanya bukan
hanya menggunakan satu aliran saja melainkan ada dua yaitu yang satu ternyata
sangat dipengaruhi oleh oleh seni Hellenis Persia dan satu lagi rupa-rupanya
seni india asli.
Pada dinasti Maurya terutama Raja Asoka, bayak didirikan stuppa,
sekitar 84.000 buah, berfungsi untuk menyimpan peninggalan-peninggalan keramat
Cri Budha dan peninggalan orang keramat yang lain-lainya. Selain juga
mendirikan tugu-tugu batu yang ditulisi dengan maklumat-maklumat mengenai agama
dan mengenai hal-hal yang berlaku sebagai tanda peringatan. Namun stuppa-stuppa
yang didirikan sudah hampir lenyap, tetapi tugu-tugu Asoka masih ada sekitar 35
buah yang ditemukan orang.
Tugu batu
Tugu batu tingginya antara 10-15 m. Batang
tugu itu terdiri dari satu batu saja, yang di upam sangat halus. Seni upam ini
berasal dari negeri Persia. Di atas batang tugu terdapat pula sebuah batu
besar, yang dinamakan kapital. Kapital tersebut terdiri dari tiga bagian. Bagian
bawah disebut lonceng yang sebenarnya menyerupai bentuk bunga teratai yang
terbalik. Di atas bunga teratai itu terdapat sebuah lempeng batu yang berlaku
sebagai alas patung (yaitu untuk bentuk atasnya).
Abakus
Lempeng batu atau abakus seringkali diukir
dengan gambar binatang-binatang, seperti gajah, lembu jantan, kuda, dan singa,
yang semuanya mempunyai arti kiasan. Pada tiang-tiang Asoka yang lebih kemudian
didirikan patung binatang di atas abakus itu kadang-kadang lebih dari seekor.
Seringkali di atas patung atau roda yang mendatar, yang bekasnya masih ada pada
sebuah tiang yang termashur, yaitu "Tugu empat dari kapitel".
Binatang-binatang sebagai lambang
Gajah diartikan masa hamil ibu sri Buddha,
singa berarti melambangankan sri Buddha di masa mudanya yang sangat kuat dan
tegap badannya, kuda berarti pengabaian besar, lembu jantan berarti kelahiran.
Terdapat juga tulisan yang juga dipakai kala itu. Berdasarkan sumber, tulisan
yang dipakai pada masa Asoka ialah tulisan Karoshthi yang berasal dari luar
India melalui Persia. Bentuk hurufnnya sangat baik sekali dan pada umumnya
dipahatkan ke dalam batu.
KESIMPULAN
Di India bagian utara berdiri kerajaan-kerajaan Hindu yaitu
Gandhara, Kosala, Kasi, dan Magadha. Tetapi yang paling terkenal adalan
Kerajaan Magadha didirikan pada abad VII M. Kerajaan Magadha
didirikan oleh Dinasti Sisunaga. Kerajaan ini diperintah oleh lima dinasti
yaitu: Dinasti Sisunaga, Dinasti Nanda, Dinasti Maurya, Dinasti Sunga, dan
Dinasti Kanva. Kerajaan Magadha mengalami puncak kejayaan pada masa Dinasti
Maurya, tepatnya pada masa kepimimpinan Raja Asoka. Namun ketika sepeninggal
Raja Asoka, Dinasti Maurya termasuk Kerajaan Magadha mengalami kemunduran.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keruntuhan Kerajaan Magadha, antara lain
:
1. Pembagian kekaisaran Maurya
2. Lemahnya penguasa Maurya setelah sepeninggal
Asoka
3. Asoka bertanggungjawab atas kemunduran
Kerajaan Magadha
4. Tekanan pada Ekonomi Maurya
5. Administrasi yang sangat terpusat.
DAFTAR RUJUKAN
Andani, Sari. 2013. Kebudayaan Harappa Peradaban India
Kuno. ).
(http://sariandani.multiply.com/journal/item/2013/Kebudayaan_Harappa_Peradaban_India_Kuno_).
Diakses pada tanggal 23 September 2013.
Ridwan, Zein. 2012. Periodesasi Sejarah Agama Hindhu
Zaman.(http://zeinridwan.blogspot.com/2012/12/periodesasi-sejarah-agama-hindu-zaman.html).
Diakses pada tanggal 24 September 2013.
Sari,Anwar.1995.Sejarah Kebudayaan India Kuno. Malang:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Malang.
Soepratignyo. 1994. Sejarah Negara-Negara Asia Selatan
Abad X-XX M. Malang: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Su’ud, Abu. 1988. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa Di Asia Selatan (Sejak Masa Purba
Sampai Masa Kedatangan Islam). Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan.
Suwarno. 2012. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta:
Ombak.
Umar. 2013. Zaman Sesusah
Veda, (online), (http;//Sejarah Asia Selatan (Part.3) _ Umar
Hadikusmah Official Site_files/Sejarah Asia Selatan (Part.3) _ Umar Hadikusmah
Official Site.htm). diakses tanggal 26 September 2013.
Wendika, 20011. Dinasti Muarya. (Online).
(http://cemekam.blogspot.com/2011/03/dinasti-maurya.html). Diakses pada tanggal
23 September 2013.
Writer.
2011. What
were the causes for the decline of the Mauryan Empire?
) diakses tanggal 20 September
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar