Selasa, 28 Juli 2015

PENYEBAB RUNTUHNYA DINASTI MAURYA INDIA


India merupakan kawasan dimana kebudayaan serta agama Hindu dan Budhanya berkembang pesat. Biasa dibilang bahwa di India adalah cikal bakal adanya agama Hindu Budha. Hal ini mempunyai pengaruh besar bukan hanya di India namun juga di kawasan Asia Tenggara maupun Asia Timur. Untuk saat ini India merupakan negara yang mempunyai luas wilayah nomer tujuh di dunia dan nomer dua untuk jumlah penduduknya.  India semula di kuasai oleh Bangsa Dravida. Namun sejak kedatangan Bangsa Arya yang berhasil merebut wilayah India bagian Utara, Bangsa Dravida lari ke India bagian Selatan (didaerah Dekhan). Bangsa India yang berada di bagian utara mendirikan kerajaan-kerajaan Hindu. Sehingga agama Hindu dibawa oleh bangsa Arya. Hindu di bawa oleh pendatang bangsa Arya (Bharata) abad XV SM

A.    Awal Terbentuknya Kerajaan Magadha
   Pada abad ke VII SM, di India bagian Utara berdiri kerajaan yang sering disebut dengan Kerajaan Arya. Hal ini diduga karena didominasi oleh  budaya yang dibawa oleh bangsa Arya setelah bangsa Dravida terusir ke kawasan Asia Selatan. Zaman Aryalah yang menyaksikan lahirnya kerajaan-kerajaan yang ada di India. Karena pada saat itu bangsa  Arya yang menguasai India bagian Utara India dengan membawa agama Hindhu.
Di India bagian utara telah berdiri kerajaan seperti Gandhara, Kosala, Kasi, dan Magadha. Tetapi yang paling terkemuka ialah Kerajaan  Magadha.  Magadha didirikan oleh Dinasti Sisunaga sekitar tahun 642 SM, ibukotanya berada di Giripraja atau Rajgir. Dalam kerajaan Magadha didirikan oleh sekitar 5 Dinasti yaitu :
1.  Dinasati Sisunaga, memerintah  642-413 SM
2.  Dinasti Nanda, memerintah 413-322 SM
3.  Dinasti Maurya, memerintah 322-185 SM
4.  Dinasti Sunga, memerintah 185-75 SM
5.  Dinasti Kanva, memerintah 75-28 SM
Dibangun oleh Dinasti Sisunaga dan runtuh pada Dinasti Kanva, dan terkenal, berkuasa serta menjadi kejayaan bagi kerajaan Magadha yaitu pada Dinasti Maurya. Pada dinasti Sisunaga (pendiri awalnya ) paling terkenal yaitu Raja Bimbisara anak dari Raja Sisunaga. Pada Dinasti Nanda terdapat sembilan raja, namun dalam dinasti ini tidak begitu banyak nama raja yang diketahui bahkan hampir tidak ada yang mengetahui. Salah seorang keturunan raja Nanda dan pernah menjabat sebagai menteri di kerajaan Magadha, Mahapadma Nandaberhasil membunuh salah seorang keturunan Bimbisara dan menggantikan tahta kekuasaannya[1]. Berkuasa sekitar hampir selama satu abad, pada waktu itu juga terdapat penyerbuan Iskandar Agung ke lembah Indus, Magadha berada dibawah pemerintahannya Raja Nanda yang amat besar kekuasaannya Yang ketiga yaitu Dinasti Maurya yang mana paling terkenal adalah raja pertama dinasti ini yaitu Candragupta dan Raja Asoka. Ibukota kerajaan ini juga berpindah-pindah karena pemimpinnya yang berpindah-pindah. Ibukota kerajaan Magadha di masa Candragupta ada di Pathiputra atau seperti orang Yunani menyebutkanya adalah Polibotra. Dinasti Sunghadinasti keempat, dan dinasti terakhir yaitu dinasti Kanva. Dinasti yang membawa kerajaan Magadha mengalami keruntuhan dan digantikan kerajaan lain yaitu kerajaan Andhra.

B.Dinasti-Dinasti Pemimpin Kerajaan Magadha

1.  Dinasti Sisunaga
Dinasti Sisunaga memerintah Kerajaan Magadha kurang lebih 540-490 SM dengan 5 orang raja yang memerintah. Dengan urutan sebagai berikut, Sisunaga (Pendiri Kerajaan Magadha) (Sekitar 642 SM), Bimbisara (540-490 SM), Ajatasatru (490- 459 SM), Darsaka(458- 435 SM), dan Udaya (435- 413 SM).
Diantara kelima raja tersebut, Bimbisara (anak Sisunaga) merupakan raja yang terkenal karena berhasil memperluas wilayah hingga Kerajaan Kosala dan Vaisali. Raja Bimbisara kemudian digantikan oleh anaknya Ajatasatru (490-459 SM). Dalam masa pemerintahnya, agama Buddha dan Jain saling bersaing untuk merebutkan pengaruh di istana Kerajaan Magadha. Jainlah yang berhasil menarik perhatian raja Ajatasatru.
Dalam masa Ajatasatru Ibu Kota Kerajaan Magadha dipindahkan ke Pataliputra tepi Sungai Gangga yang semulanya beribukota di Giripraja. Kemudian dilanjutkan Darsaka yang memerintah tahun 458- 435 SM. Setelah Darsaka berhenti memerintah, Pemerintahan digantikan oleh puteranya Udaya, yang merupakan cucu dari Ajatasatru.
Pada masa pemerintahan Udaya,seorang Raja Imperium Persia yakni Darius Hustapes yang sedang memperluaskan wilayah ke India. Darius Hutapes lewat gerakan militernya berhasil menaklukan daerah Sind dan Punjab bagian barat. Pada 413 SM, dinasti Sisunaga dikalahkan oleh seorang menterinya yang bernama Mahapadma Nanda. Dimana menteri tersebut berhasil mendirikan Dinasti Nanda.

2.  Dinasti Nanda
Dinasti Nanda memerintah kerajaan Magadha sekitar satu abad lamanya (413- 322 SM). Pemerintahan Nanda dipimpin 9 orang raja. Dinasti ini kurang disukai oleh rakyat pada waktu itu karena dianggap memberatkan rakyat, misalnya saja kewajiban membayar pajak yang tinggi. Pada tahun 326- 5 SM terjadi beberepa pemberontakan sehingga memnunculkan seorang pemuda yang bernama Candragupta Maurya. Candragupta Maurya berhasil merebut kekuasaan Dinasti Nanda dan berhasil menancapkan kekuasaan Kerajaan Magadha di bawah Dinasti Maurya.

3.  Dinasti Muarya
Pada masa dinasti Maurya merupakan dinasti yang mampu membawa India pada masa kejayaannya. Pada 322 SM Chandrgupta naik tahta dari hasil kudeta yang di pimpin dari kekuasaan dinasti Nanda. Hal penting yang patut dicatat pada masa Chandragupta adalah persinggungan India dengan bangsa asing, tepatnya kekaisran Macedonia yang dipimpin oleh pemimpin agung Alexander the great(Iskandar Zulkarnain). Peristiwa ini berlangsung dua tahun sebelum Chandragupta naik tahta.
Kedatangan Macedonia tidak hanya mempunyai maksud politis saja tetapi juga misi penyebaran budaya barat ke daerah timur . Beberapa sumber mengatakan bahwa ekspansi Alexander the great tidak mempunyai motif politik sama sekali, karena pasukan Macedonia hanya lewat saja dan tidak meneruskan penyerangan kearah timur, dan bahkan mereka kembali lagi ke barat (Eropa).
Selain itu, hal menarik yang perlu dikaji pada masa Ashoka adalah berkembangnya agama Budha. Pada tahun 261 SM Asoka bertekat untuk membulatkan kerajaan dengan jalan menaklukkan Kalingga atau Orissa yang terletak di teluk Benggala dan merupakan negara merdeka yang belum di kuasai oleh negara lain. Dan dalam pertempuran perebutan wialyah itu, menurut yang tercatat pada pertilisan maupun batu karang yang di keluarkan oleh Asoka, di katakana bahwa 125 orang di tawan, 100.000 orang mati terbunuh dan berlipat ganda dari semua itu musnah.
Tindakan yang di lakukan Asoka tersebut telah membuat proses pemersatuan India itu meruapkan ambisi dari sang raja yang ingin berkuasa dengan segala kekejaman. Hingga pada suatu saat sang raja terpengaruh oleh kebijaksanaan seorang pendeta agama Budha yang bernama Upagupta sehingga raja berubah menjadi orang bijak serta belas kasihan terhadap sesama. Asoka memasuki salah satu aliran Budha dan menjadi seorang biksu serta bertekat mengembangkan ajaran Budha ke seluruh penjuru daerah kekuasaannya. Padahal nenek moyang Ashoka adalah penganut setia Hindu.
Ia adalah satu-satunya raja yang sangat berperan atas berkembangnya Agama Budha. Dia seakan-akan melawan nenek moyangnya yang selalu menjadikan Agama Hindu sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaannya. Namun pada akhirnya eksistensi Budha berhasil disingkirkan karena banyaknya aliran yang menolak Budha, terutama dari kalangan Brahmana . Puncaknya adalah kematian raja terakhir dinasti Maurya, Buhadratha, di tangan Sungha pada 185 SM.

4.  Dinasti Sungha
Dapat dikatakan bahwa Dinasti Sungha adalah aktor  yang berperan penting dalam mengembalikan keberadaan Agama Hindu yang sempat tenggelam pada masa raja Ashoka, dengan keberhasilannya membunuh Buhadratha tahun 185 SM . Mulai saat itu sampai tahun 1875, Sungha dan keturunannya berhasil menguasai Maghada. Seperti yang telah disinggung, bahwa Sungha kembali memberi angin segar kepada pemeluk Hindu dan khususnya Brahmana untuk kembali mengembangkan Agama Hindu.



5.  Dinasti Kanva
Raja Sunga menjadi tidak berkuasa lagi di bawah pengaruh menterinya, Vasudeva, yang akhirnya membunuh raja dan menggantikannya (73 SM). Keturunannya bernama Raja Kanva. Raja Kanva memerintah selama 45 tahun saja dan digantikan oleh Raja Andhra, yang mempunyai 30 turunan, memerintah hampir 250 tahun lamanya, sampai tahun 225 Masehi.

C.    Keruntuhan Dinasti Maurya
Dalam proses keruntuhannya Dinasti Muarya memiliki sejarah yang dramatis, dikenal sebagai dinasti yang membawa Kerajaan Magadha pada masa kejayaan dengan melakukan perluasan kekuasaan hingga hamper menyatukan india melalui peperangannya. Sampai mengalami kemerosotan yang sangat drastic. Ada beberapa faktor yang menarik mengenai runtuhnya Dinasti Maurya, yang akan di bahas sebagai berikut.

1.  Pembagian Kekaisaran Maurya
Penyebab langsung pada penurunan tersebut adalahpembagian dari Kekaisaran Maurya menjadi dua bagian, seperti yang dibahas sebelumnya. "Seandainya pembagian tidak terjadi, invasi Yunani dari Barat Lautbisa saja dibendung untuk sementara waktu. pembagian kerajaan jugamengganggu berbagai layanan.”

2.  Lemahnya Penguasa Maurya Setelah Asoka
Suksesi penguasa Maurya yang lemah setelah Asoka benar-benar mengganggu administrasi Maurya. Lemahnya penguasa ini dapat dibayangkan dari kenyataan bahwa sebanyak enam penguasa bisa memerintah dalam kurun waktu 52 tahun Kekaisaran dan akhirnya raja Maurya yang terakhir dibunuh oleh Panglimanya sendiri Pusyamitra Sungha yang kemudian naik tahta dan mengawali kekuasaan Dinasti Sungha.



3.  Asoka Bertanggungjawab dalam Kemunduran ini
Banyak sarjana menuduh Asoka sebagai penanggung jawab atas penurunan Dinasti Maurya. HC Raychaudhuri menyatakan bahwa kebijakan pasifis Asoka bertanggung jawab karena menghambat kekuatan kekaisaran. Dia mengatakan: "Dari waktu Bimbisara perang Kalinga sejarah India adalah kisah perluasan Magadha dari negara kecil di Bihar Selatan ke kerajaan raksasa membentang dari kaki Hindukush ke perbatasan negara Tamil.
Setelah perang Kalinga terjadi periode stagnasi pada akhir yang proses dibalik. Kekaisaran secara bertahap menyusut luasnya sampai tenggelam ke posisi yang Bimbisara dan para penerusnya telah dibangkitkan itu. "
Namun, pandangan Raychaudhuri itu tampaknya tidak dapat dipertahankan, karena Asoka tidak berpaling pasifis lengkap setelah perang Kalinga mengingat fakta bahwa ia tidak demobilisasi tentara Maurya atau menghapuskan hukuman mati. Asoka hanya menyerah kebijakan imperialis dan berkhotbah non-kekerasan setelah perang Kalinga. Pasifisme praktis seperti tidak bisa bertanggung jawab atas penurunan Kekaisaran Maurya.
Harprasad Sastri memegang pandangan bahwa penurunan Kekaisaran Maurya adalah hasil dari pemberontakan brahmanis karena laranganpengorbanan hewan dan merusak prestise Brahmana dengan "mengekspos mereka sebagai dewa-dewa palsu". Tapi pandangan Sastri hanyalah hipotetis karena pertama, Brahmanisme sendiri menekankan non-kekerasan dan kedua, Asoka hanya melarang penyembelihan hewan tidak perlu tertentu dan pada hari-hari keberuntungan tertentu. Kemudian lagi sering permintaan Asoka dalam piagam-piagam nya untuk hormat untuk Brahmana dan Sramanas hampir menunjuk ke keberadaannya anti-Brahmana-manical dalam pandangan.

4.  Tekanan Pada Ekonomi Maurya
D.D. Kosambi berpendapat bahwa telah terjadi tekanan terhadap perekonomian Maurya. Dapat dilihat dari tingginya pajak yang ditarik serta melemahnya perdagangan.

  
5.  Administrasi yang sangat terpusat
Prof Romila Thapar berpandangan: "sistem administrasi Maurya begitu terpusat yang memungkinkan penguasa mampu menggunakannya baik untuk keuntungan pribadi maupun kepentingan Kerajaan Magadha sendiri, pada tingkat yang sama itu bisa menjadi berbahaya bila penguasa yang lemah mendapatkehilangan kontrol pusat dan memungkinkan terjadi kehancuran dimana-mana.
Melemahnya pusat kontrol di bawah Maurya kemudian menyebabkan melemahnya administrasi secara otomatis. Pembagian kekuasaan setelah kematian Asoka telah memberikan pukulan lebih lanjut kepada pemerintah Maurya yang terpusat di bawah penguasa yang lemah, yang mengarah ke penurunan dan disintegrasi Kekuasaan Maurya.
Faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap penurunan Dinasti Muarya telah digambarkan dalam pemberontakan kaum brahmanis terhadap kelompok kebijakan Pro-Budhis Asoka serta para pengikutnya. Pemberontakan rakyat terhadap pemerintahan Maurya setelah kematian Asoka.(writer. 2011)

D.    PENINGGALAN-PENINGGALAN PADA MASA KERAJAAN MAGADHA
Orang-orang India pada masa itu meninggalan seni seperti membuat patung, kuil, namun peninggalan-peninggalan itu tidak ada lagi. Orang-orang ahli mengatakan adanya peninggalan-peninggalan seni tersebut seperti patung, kuil itu banyak dibuat pada masa Kerajaan Magadha terutama Dinasti Maurya, raja Asoka yang mana ukiran serta pahatan-pahatannya berkembang dan mempunyai mutu yang tinggi. Namun perkembangan itu tidak begitu terang, dikarenakan menurut para ahli bahwa hasil-hasil seni tersebut terbuat dari kayu ataupun bahan bahan yang tidak awet sehingga peninggalan-peninggalan itu tidak berbekas lagi. Selain itu para ahli menemukan hal-hal yang aneh akan hilangnya peninggalan-peninggalan tersebut, namun para ahli tidak berani untuk mengambil kesimpulan.
Dalam dinasti Maurya yang dipakai dalam hasil karyanya bukan hanya menggunakan satu aliran saja melainkan ada dua yaitu yang satu ternyata sangat dipengaruhi oleh oleh seni Hellenis Persia dan satu lagi rupa-rupanya seni india asli.
Pada dinasti Maurya terutama Raja Asoka, bayak didirikan stuppa, sekitar 84.000 buah, berfungsi untuk menyimpan peninggalan-peninggalan keramat Cri Budha dan peninggalan orang keramat yang lain-lainya. Selain juga mendirikan tugu-tugu batu yang ditulisi dengan maklumat-maklumat mengenai agama dan mengenai hal-hal yang berlaku sebagai tanda peringatan. Namun stuppa-stuppa yang didirikan sudah hampir lenyap, tetapi tugu-tugu Asoka masih ada sekitar 35 buah yang ditemukan orang.
Tugu batu
Tugu batu tingginya antara 10-15 m. Batang tugu itu terdiri dari satu batu saja, yang di upam sangat halus. Seni upam ini berasal dari negeri Persia. Di atas batang tugu terdapat pula sebuah batu besar, yang dinamakan kapital. Kapital tersebut terdiri dari tiga bagian. Bagian bawah disebut lonceng yang sebenarnya menyerupai bentuk bunga teratai yang terbalik. Di atas bunga teratai itu terdapat sebuah lempeng batu yang berlaku sebagai alas patung (yaitu untuk bentuk atasnya).
Abakus
Lempeng batu atau abakus seringkali diukir dengan gambar binatang-binatang, seperti gajah, lembu jantan, kuda, dan singa, yang semuanya mempunyai arti kiasan. Pada tiang-tiang Asoka yang lebih kemudian didirikan patung binatang di atas abakus itu kadang-kadang lebih dari seekor. Seringkali di atas patung atau roda yang mendatar, yang bekasnya masih ada pada sebuah tiang yang termashur, yaitu "Tugu empat dari kapitel".

Binatang-binatang sebagai lambang
Gajah diartikan masa hamil ibu sri Buddha, singa berarti melambangankan sri Buddha di masa mudanya yang sangat kuat dan tegap badannya, kuda berarti pengabaian besar, lembu jantan berarti kelahiran. Terdapat juga tulisan yang juga dipakai kala itu. Berdasarkan sumber, tulisan yang dipakai pada masa Asoka ialah tulisan Karoshthi yang berasal dari luar India melalui Persia. Bentuk hurufnnya sangat baik sekali dan pada umumnya dipahatkan ke dalam batu.


KESIMPULAN
Di India bagian utara berdiri kerajaan-kerajaan Hindu yaitu Gandhara, Kosala, Kasi, dan Magadha. Tetapi yang paling terkenal adalan Kerajaan Magadha didirikan pada abad VII M.  Kerajaan Magadha didirikan oleh Dinasti Sisunaga. Kerajaan ini diperintah oleh lima dinasti yaitu: Dinasti Sisunaga, Dinasti Nanda, Dinasti Maurya, Dinasti Sunga, dan Dinasti Kanva. Kerajaan Magadha mengalami puncak kejayaan pada masa Dinasti Maurya, tepatnya pada masa kepimimpinan Raja Asoka. Namun ketika sepeninggal Raja Asoka, Dinasti Maurya termasuk Kerajaan Magadha mengalami kemunduran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keruntuhan Kerajaan Magadha, antara lain :
1.  Pembagian kekaisaran Maurya
2.  Lemahnya penguasa Maurya setelah sepeninggal Asoka
3.  Asoka bertanggungjawab atas kemunduran Kerajaan Magadha
4.  Tekanan pada Ekonomi Maurya
5.  Administrasi yang sangat terpusat.






DAFTAR RUJUKAN

Andani, Sari. 2013. Kebudayaan Harappa Peradaban India Kuno. ). (http://sariandani.multiply.com/journal/item/2013/Kebudayaan_Harappa_Peradaban_India_Kuno_). Diakses pada tanggal 23 September 2013.

Ridwan, Zein. 2012. Periodesasi Sejarah Agama Hindhu Zaman.(http://zeinridwan.blogspot.com/2012/12/periodesasi-sejarah-agama-hindu-zaman.html). Diakses pada tanggal 24 September 2013.

Sari,Anwar.1995.Sejarah Kebudayaan India Kuno. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
      
Soepratignyo. 1994. Sejarah Negara-Negara Asia Selatan Abad X-XX M. Malang: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Su’ud, Abu. 1988. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa Di Asia Selatan (Sejak Masa Purba Sampai Masa Kedatangan Islam). Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Suwarno. 2012. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak.

Umar. 2013. Zaman Sesusah Veda, (online), (http;//Sejarah Asia Selatan (Part.3) _ Umar Hadikusmah Official Site_files/Sejarah Asia Selatan (Part.3) _ Umar Hadikusmah Official Site.htm). diakses tanggal 26 September 2013.

Wendika, 20011. Dinasti Muarya. (Online). (http://cemekam.blogspot.com/2011/03/dinasti-maurya.html). Diakses pada tanggal 23 September 2013.

Writer. 2011. What were the causes for the decline of the Mauryan Empire?
) diakses tanggal 20 September 2013

SEJARAH KERAJAAN INDIA KUNO


Sejarah india kuno
Zaman Timbulnya Kerajaan-Kerajaan Arya.

            Jambudipa (sebutan India pada zaman purba) oleh bangsa Arya dibagi menjadi dua wilayah besar, masing - masing Majjhima Janapada (Negeri Tengah, yang didiami oleh bangsa Arlyaka) dan Paccanta Janapada (Negeri Luar, yang didiami oleh penduduk asli, Millaka). Batas - batas kedua negeri itu selalu berubah karena perluasan - perluasan wilayah yang senantiasa dilakukan oleh kerajaan - kerajaan Arya.

            Terdapat enam belas kerajaan Arya, antara lain : Aṅga, Magadha, Nasi, Kosala, Karu, Pancala, Gandhara, Kamboja. Kerajaan ­- kerajaan ini sudah ada pada masa Buddha Gotama dan Mahavira, sekitar 600 tahun sebelum masehi.
Kerajaan - kerajaan diperintah oleh raja atau maharaja yang memerintah dengan absolut maupun tidak absolut. Masyarakat di lingkungan Majjhima Janapada yang beragama Hindu terbagi ke dalam empat kasta, yaitu Khattiya atau kesatria (raja dan keluarganya yang memegang pemerintahan), Brahmana (yang bertugas dalam upacara keagamaan dan pendidikan), Vessa atau pedagang (termasuk petani dan tukang - ahli) serta Sudra (para pekerja).

            Sejarah bangsa Aryberasal dari dua golongan, yakni golongan Khattiya dan Brahmana. Antara kedua golongan ini sering terjadi perkawinan. Beberapa sarjana berpendapat bahwa masyarakat Jambūdīpapurba adalah penganut sistem Matriarchat, yang memberikan hak­ - hak khusus pada wanita misalnya mengizinkan seorang wanita mempunyai lebih dari seorang suami.
Buddha berasal dari Kapilavatthu, di kerajaan Kosala. Di wilayah kerajaan Kosala ini, Buddha mengajarkan Dhamma. Tempat - tempat suci yang dihormati menurut ajaran Bud­dha terdapat di sana.Benares dan Gayā adalah kota - kota di wilayah kerajaan Magadha yang mempunyai hubungan dengan kehidupan Buddha.
Raja yang memerintah kerajaan Magadha pada masa Buddha Gotama adalah Raja Bimbisāra. Mahavirayang mengajarkan agama Jaina termasuk keluarga raja - raja negeri Magadha.

Raja - raja Magadha yang terkenal, diantaranya :

Si Sunaga (642 SM)
Bimbisāra (582 SM)
Ajātasattu (554 SM)

            Raja Bimbisāra memperluas kerajaan Magadha dengan menaklukan kerajaan - kerajaan di sekitarnya. Pada masa pemerintahan Raja Ajātasattu terjadi persaingan antara ajaran Buddha dan Jaina untuk memperoleh kedudukan penting. Devadatta (saudara ipar Buddha Gotama) membuat cabang baru dalam ajaran Buddha dan mempunyai pengikut hingga abad ke-7 masehi.
Raja Ajātasattu memperluas kerajaan Magadha dan memindahkan ibukota ke Pataliputta, di tepi sungaiGangga (Ganga). Kota ini di kemudian hari menjadi terkenal setelah menjadi ibukota dari pemerintahan Raja - raja Maurya.
Pada masa pemerintahan Raja Ajātasattu, tidak lama setelah Buddha Gotama Parinibbāna, diselenggarakan sidang Saṅgha (sagāyanā)  yang pertama di bawah pimpinan Yang Mulia Mahā Kassapa. Raja Ajātasattu sebagai penganut ajaran Buddha menyediakan tempat dan makanan untuk para bhikkhu yang mengikuti sidang di dekat gua Sattapanni, Rājagaha.

Keputusan dalam sidang pertama itu mencakup beberapa hal penting sebagai dasar - dasar ajaran Buddha, yakni :
Penetapan Vinaya (dipimpin Bhikkhu Upali)
Penetapan Sutta (dipimpin Bhikkhu Ānanda)
Mengadili Bhikkhu Ānanda
Menetapkan hukuman kepada Bhikkhu Chana

            Mengenai hal pertama dan kedua dari sidang Saṅgha tersebut dibahas secara lengkap dalam kitab"Samantha pasadika" oleh Buddhaghosa. Raja Ajātasattu telah memperluas wilayah kekuasaannya dengan mengalahkan kerajaan Vajji yang terletak di timur-laut Magadha. Raja Vidhubada dari Kosala mengambil alih wilayah bangsa - bangsa Sakya dan Koliya yang berbatasan dengan Kosala di sebelah utara.
Sejak itu, selama sekitar satu setengah abad kemudian tidak ada catatan mengenai sejarah di India hingga kebangkitan kerajaan Maurya, kecuali sagāyanā yang kedua sekitar satu abad setelah sagāyanā yang pertama di Valikarama, Vesālī. Sagāyanā dipimpin oleh Bhikkhu Yasa Kakandaputta, menolak sepuluh tuntutan kelompok Vajjiputta yang berambisi dan menginginkan keduniawian.

            Disebutkan dalam kitab "Samantha pasadika" bahwa sidang Saṅgha yang kedua itu diselenggarakan pada masa pemerintahan Raja Kalasoka, keturunan Raja Ajātasattu dan dihadiri oleh 700 bhikkhu. Dari sidangSaṅgha yang kedua ini muncul aliran Mahasanghika.

            Pada masa pemerintahan Raja Udaya (Putra Raja Ajātasattu) sekitar tahun 516 SM, Raja Darius dari Persia menaklukkan beberapa daerah di Sindh dan Punjab, di hulu Sungai Indus. Dalam berita­ - berita perang itu tertulis bahwa daerah yang ditaklukkan itu harus membayar upeti berupa emas. Daerah - daerah yang pada masa itu amat kaya dan subur karena aliran sungai Indus, sekarang menjadi padang pasir dan hampir tidak didiami orang karena aliran sungai Indus berpindah.

            Sejak abad ke-5 SM, sejarah kerajaan Magadha tidak begitu jelas lagi. Dari catatan yang ada, salah seorang keturunan Raja Bimbisāra yang kekuasaannya tidak begitu besar lagi, dibunuh dan diganti oleh menterinya yang bernama Mahapadma Nanda dari kasta Sudra. Keluarga Nanda berketurunan 9 orang raja yang berturut­ - turut memerintah Magadha sampai tahun 322 SM. Keluarga Nanda yang terakhir dibunuh oleh Chandragupta Maurya (yang menurut dugaan berasal dari keturunan Nanda juga).
Melalui Chandragupta, riwayat kerajaan - kerajaan di India menjadi jelas. Pada masa pemerintahannya,Magadha berhasil merebut wilayah yang seluas­ -  luasnya. Tetapi dua tahun sebelum beliau diangkat menjadi raja, terjadilah suatu peristiwa yang besar yang memberikan pengaruh di seluruh In­dia, yaitu penyerbuan Iskandar Zulkarnain ke India Utara.

PENYERBUAN ISKANDAR ZULKARNAIN KE INDIA

            Iskandar Zulkarnain adalah seorang raja dan panglima perang Yunani yang terkenal dalam sejarah purba. Ayahnya memerintah negeri kecil, Macedonia (sekarang di wilayah Yugo­slavia), sebagian dari wilayah Yunani. Pada masa kecil, selain mendapat pendidikan keprajuritan, beliau juga mendapat pendidikan filsafat dan ilmu pemerintahan. Salah seorang gurunya yang terkenal adalah filsuf Aristoteles (384 - 322 SM).

            Putera Mahkota Iskandar yang menggantikan ayahnya pada usia 24 tahun, bercita-cita meneruskan keinginan ayahnya untuk meluaskan wilayah Yunani sampai ke Asia. Dengan persiapan yang cukup, maka pada 334 SM tentara Iskandar menyeberang selat Hellespont yang memisahkan Eropa dan Asia dan dengan cepat menaklukkan Asia Muka (sekarang menjadi Turki), Syria, Palestina, Mesir, Persia dan Baktria. Tujuh tahun setelah meninggalkan Yunani, yakni pada tahun 327 SM, Iskandar Zulkarnain telah tiba di batas India.

            Keterangan tentang penaklukkan Iskandar diperoleh dari tulisan Arrianos yang bersumber pada keterangan - keterangan dari para pengiring Iskandar dan dibenarkan oleh beberapa peninggalan di kota - kota lama India Utara Yang didapati pada abad 19 yang lalu.

            Setelah mendirikan benteng - benteng pertahanan di tapal batas India dan Baktria, pada tahun 327 SM, Iskandar dan tentaranya menuju India melalui pegunungan Hindu Kush. Pada mulanya Iskandar tidak mendapat perlawanan dari negeri - negeri yang didudukinya, antara lain Takkashila (Texila), dekat kotaRawalpindi sekarang. Beliau menyeberang sungai Indus dan memasuki Punjab (Negeri Lima Sungai).dan mendapat perlawanan yang hebat di seberang sungai Jhilam oleh Raja Negeri Poros. Dalam melanjutkan perjalanan ke lembah Sungai Gangga (Gaṅga), setibanya di sungai Bias, tentara Yunani tidak meneruskan perjalanannya. Sebelum tentara Yunani kembali, Iskandar mendirikan 12 candi sebagai tanda peringatan dan sekaligus ungkapan terima kasih kepada dewa­ - dewa Yunani. Peristiwa itu terjadi pada tahun 326 SM dan Raja Poros diangkat sebagai wakil Iskandar.

            Iskandar dan sekitar 120.000 orang tentaranya meninggalkan India Utara melalui hilir sungai Indus dengan 2000 perahu menuju laut selama satu tahun. Selama dua setengah tahun di India, Iskandar terus berperang. Di Teluk Persia, Iskandar membuat pelabuhan. Sebagian tentaranya kembali ke barat lewat laut dan sebagian lagi yang bersama Iskandar berjalan melalui darat banyak yang meninggal. Sisa - sisa tentara yang selamat saja yang tiba di Susa, ibu negeri Persia. Setelah mengatur ketentraman dan pemerintahan Persia, Iskandar menikah di Babylonia dengan putri negeri tersebut, Roxana. Iskandar wafat pada usia 33 tahun.

            Tidak lama setelah Iskandar wafat, kerajaan yang belum kokoh itu pun runtuh. Beberapa bagian kerajaan dikuasai oleh para ­panglima perangnya. Dalam kurun waktu 3 tahun India berhasil merebut kemerdekaannya dan lenyaplah pengaruh penjajahan Yunani di India.

            Meskipun penjajahan telah lenyap dari India, namun akibat yang ditimbulkan telah mengubah sejarah India. Setelah masuknya tentara Yunani ke India, maka      hubungan antara India dengan negeri - negeri di sebelah baratnya menjadi bertambah maju. Sejak itu India tidak lagi merupakan negeri yang tertutup karena dinding - dinding pegunungan yang tinggi. Hasil - hasil dan bahan - bahan dari India mulai masuk ke negeri - negeri barat. Sebaliknya kebudayaan Hellenisme (Yunani) yang di bawa oleh Iskandar, masuk dan tersebar di India kuno, yang terlihat dari penggalian - penggalian di sebelah India Utara.

Pemerintahan raja-raja maurya
            Mengingat lemahnya kedudukan wakil - wakil yang ditinggalkan oleh Iskandar di India, tidak lama setelah beliau wafat, penduduk negeri tersebut langsung bertindak untuk merebut kemerdekaannya. Pemimpin gerakan tersebut adalah Chandragupta, keturunan raja Nanda di Magadha, yang dibuang keluar negerinya dan tiba di India Utara. Dengan demikian, muncul dugaan bahwa Chandragupta pernah bertemu dengan Iskandar dan sebagai pemuda bangsawan yang mempunyai perasaan keprajuritan, beliau tentu tertarik oleh kegagahan dan kebijaksanaan pahlawan tersebut.

            Kerajaan Iskandar dibagi - ­bagi oleh para panglima perangnya sehingga mereka bisa menjadi raja di daerah masing - masing. Di antara mereka, Seleukos menguasai bagian timur yang melingkupi India Utara. Tindakannya untuk mempertahankan kekuasaannya di negeri itu dikalahkan oleh Chandragupta dariMagadha, sehingga beliau terpaksa mencari perdamaian pada tahun 305 SM. Perdamaian itu sangat berarti, karena semenjak itu Seleukos mempunyai utusan - utusan di Pataliputta, ibu kota Magadha. Salah seorang utusan yang bernama Megasthenes, menuliskan pengalamannya di sana dengan rapi dan teliti. Surat - suratnya masih tersimpan dan salinannya menjadi sumber penting untuk mengetahui keadaan dalam kerajaan Chandragupta pada masa itu (322 - 298 SM) dan pemerintahan putranya,  yakni Raja Bindusara (298 - 272 SM).

            Penulilain yang terkenal adalah Chanakya Vishnugupta atau Kautilya, seorang Brahmana, guru besar penasihat Chandragupta ketika beliau berada dalam pembuangan. Setelah Chandragupta menjadi raja, beliau diangkat sebagai menteri dan dalam jabatan itu beliau menulis undang - undang yang dikumpulkan dan dinamai Kautilya-Arthasastra. Kitab itu mengandung kejadian yang sangat bermakna untuk sejarah India kuno, baru ditemukan di Tanjore oleh seorang ahli Hindu, Shamasastri  pada tahun 1906. Beliau yang menafsirkan dan menerbitkan Arthasastra itu.

            Kitab Arthasastra memberikan keterangan yang cukup banyak mengenai peraturan pemerintahan dan kehakiman di zaman itu. Keterangan - keterangan itu semuanya menggambarkan Magadha sebagai suatu negeri yang maju dan mempunyai kebudayaan tinggi, pemerintahan, keuangan, kehakiman, perekonomian serta cara pertahanan yang teratur. Peraturan - peraturan pemerintahan tersebut muncul dari kebijaksanaan dan pemikiran sendiri, bukan meniru negeri lain.

            Raja adalah pemegang kekuasaan tertinggi, di bawahnya terdapat raja­ - raja muda yang menguasai propinsi - propinsi. Di samping raja, ada suatu badan penasihat tinggi. Pusat pemerintahan diserahkan kepada 18 kementerian yang amat lengkap, yakni kementerian pertahanan negeri, dibagi atas 8 bagian.Para pejabat menerima gaji yang cukup supaya mereka tidak memeras penduduk. Pajak tanah, cukai barang masuk, pajak penghasilan, yang dihitung dengan aturan - aturan yang modern, sudah dijalankan di     kerajaan Magadha. Untuk meningkatkan hasil pertanian diadakan irigasi secara besar – besaran yang sangat diperlukan di negeri panas seperti India. Jalan - jalan raya terdapat di seluruh kerajaan. Untuk mengetahui keadaan rakyat, secara diam – diam, raja mengirim utusan – utusan khusus untuk mengadakan pemeriksaan di daerah – daerah.

            Pertahanan di dalam negeri sangat kuat. Menurut keterangan Megasthenes, tentara Magadha terdiri dari sekitar 600.000 prajurit, 30.000 prajurit berkuda, 9.000 ekor gajah dan 8.000 kereta perang. Keraton raja di Pataliputta sangat indah dengan banyak harta yang terkumpul di dalamnya. Para pegawai wanita bekerja di dalam keraton dengan kedudukan teratur.

            Kaum Brahmana mendapat perlindungan yang khusus, mereka banyak memberikan pengaruh kepada raja. Menurut kabar dari kaum Jaina, sesudah terjadi kelaparan hampir 10 tahun, Raja Chandragupta mengundurkan diri dari pemerintahan dan menjadi pengikut Jaina, karena beliau merasa bersalah terhadap rakyatnya. Beliau digantikan oleh putranya, Raja Bindusara (298 - 272 SM).
Riwayat Raja Bindusara tidak begitu jelas. Raja Bindusara pertama kali memerangi bangsa - bangsa di daerah Deccan di India Tengah. Beliau digantikan oleh putranya yang terkenal dalam sejarah India, yakni Raja Asoka Vardana (272 - 232 SM).

            Sebelum Raja Asoka naik tahta, beliau memegang kuasa sebagai raja muda di India Barat, suatu ujian diadakan untuk menunjukan kecakapannya. Beliau menggantikan ayahnya sejak masih muda, tetapi penobatannya sebagai raja baru diadakan empat tahun kemudian. Tidak seperti nenek dan ayahnya, beliau adalah seorang yang lemah lembut, ramah dan berbakti, setia kepada agama dan sangat mengasihi rakyatnya. Walaupun demikian, beliau terpaksa berperang demi ketentraman di Deccan dan menaklukkan kerajaan Kalinga (Teluk Benggala). Setelah Raja Asoka mendengar bahwa dalam peperangan tersebut sekitar 100.000 orang Kalinga meninggal dan 150.000 ditawan, beliau sangat sedih dan bersumpah tidak akan mengangkat senjata lagi terhadap siapa pun untuk selamanya. Semakin lama semakin nampak keinginannya untuk mengikuti ajaran Buddha dan menjalankan segala ajaran Buddha dalam kehidupan sehari - hari serta dalam pemerintahan.

            Di tahun 249 SM atau 24 tahun setelah menjadi raja, Raja Asoka mengunjungi tempat - tempat yang berhubungan dengan kehidupan Buddha Gotama. Tempat - tempat tersebut adalah : Kapilavatthu(tempat kelahiran Buddha), Vārāṇasī (tempat Buddha pertama kali mengajarkan Dhamma),Buddhagayā  (tempat pohon MahāBodhi), dan Kusināra (tempat Parinibbāna Buddha). Di tempat - tempat tersebut, Raja memberikan dāna dan mendirikan tanda - tanda peringatan yang sampai sekarang masih sangat bermakna untuk mempelajari sejarah masa lalu.

            Raja Asoka meninggalkan ajaran Brahmana dan mengikuti ajaran Buddha, kemudian Raja menjadiBhikkhu. Ajaran Buddha pada masa itu mendapat kedudukan sebagai agama kerajaan. Atas titah Raja Asoka, sekitar 48.000 buah thūpa (stupa) didirikan. Yang masih tersisa adalah stupa yang terkenal di Sanchi (India Tengah), dekat ibukota di bawah pemerintahannya dulu. Untuk puterinya, Puteri Charumali yang sangat berbakti, Raja mendirikan beberapa vihāra bagi kaum wanita, terutama di bagian Nepal.

Pada tahun kesepuluh masa pemerintahan Raja Asoka diselenggarakan Sagāyanā yang ketigadiibukota Magadha, Pataliputta (218tahunsejak Parinibbāna Buddha Gotama). Sgāyanā dipimpinoleh Bhikkhu Tissa Moggaliputta danmenetapkan Kattavatthu ke dalam Abhidhammā. Diberitakan bahwa pada masa itu terdapat delapan belas aliran (Therāvada yang terkemuka) dalam ajaran Buddha. Seorang sarjana barat, Kern, menilai bahwa Sagāyanā ketiga ini bukan bersifat umum, melainkan hanya dihadiri oleh kelompok Therāvada.

            I-Tsing yang berkunjung ke India (tanpa singgah ke Sri Lanka) pada akhir abad ke-7 Masehi memberitakan bahwa Theravāda sangat dominan di bagian selatan India, sementara Sarvastivada(dengan kitab berbahasa Sansekerta) berpengaruh di belahan utara India, menyebar dari barat ke timur. Namun seperti diketahui bahwa ajaran Buddha mengalami kemunduran dan lenyap di India pada abad ke-15 Masehi.

            Di masa pemerintahan Raja Asoka, seluruh India hampir dapat disatukan, hanya bagian ujung Selatan dan Sailan yang belum takluk kepadanya. Delapan belas tahun setelah Sagāyanā ketiga, Raja Asoka mengirim putranya (sumber lain menyebutkan sebagai kemenakannya), Bhikkhu Mahinda, ke Pulau Sailan dengan membawa Tipiṭaka PāỊi beserta komentarnya. Tipiṭaka inilah yang diyakini hingga sekarang masih berada di Sailan, Burma, Siam dan Kamboja. Kemudian Bhikkhu Mahinda kembali ke Sri Lanka untuk menyebarkan Dhamma. Sejak itu, setiap tahun beratus - ratus orang datang mengunjungi tempat suci di daerah Benares. Dari zaman Raja Asoka sampai sekarang pulau Ceylon menjadi pusat penyebaran ajaran Buddha.

            Dalam sejarah India, belum pernah terdapat seorang raja yang mempunyai kerajaan yang begitu luas seperti Raja Asoka. Kerajaan Chandragupta di abad ke-5 Masehi dan kerajaan Moghul (Sultan Akbar dan turunannya) di abad ke-16 dan 17 tidak sampai menyamai kerajaan Raja Asoka itu.

            Yang penting dalam sejarah pemerintahan Raja Asoka dan yang membuat namanya terkenal sampai sekarang adalah tulisan­ - tulisan (prasasti) yang dipahat pada dinding - dinding dan tiang - tiang batu (zuilen). Kebanyakan di antara prasasti - prasasti masih terpelihara serta dapat diselidiki dan ditafsirkan isinya oleh ahli­ - ahli kesusastraan India. Tanda - tanda peringatan itu didirikan oleh Raja Asoka di seluruh kerajaannya,  jadi bukan di ibukota saja.

            Bahasa yang dipakai dalam tulisan - tulisan itu adalah bahasa Prakrit, bahasa orang biasa pada masa itu. Bahasa itu sangat erat hubungannya dengan bahasa Sankrit dan bahasa PāỊi yang lazim dipakai dalam kitab - kitab ajaran Buddha. Prasasti­ - prasasti itu mengandung berbagai undang - undang dan aturan - aturan tentang agama dan masyarakat, perdamaian antara agama – agama, upacara, kebaktian dan lain - lain.

            Dari tulisan - tulisan itu diketahui bagaimana susunan pemerintahan pada masa Raja Asoka. Jelas pula kondisi batin raja tersebut, sebab dari susunan kata - kata dan perasaan - perasaan batin yang diuraikan dalam prasasti - prasasti itu, nampak bahwa makna yang terpahat tersebut muncul dari pemikiran raja sendiri, bukan buah pikiran menteri atau penasehat - penasehat di istananya.

            Raja Asoka dengan resmi telah mengikuti ajaran Buddha, akan tetapi rakyat pada umumnya masih setia kepada ajaran Hindu, yang sudah berakar teguh dalam masyarakat sejak zaman purba. Para Brahmanamasih memberikan pengaruh yang besar kepada rakyat. Dalam keadaan demikian, Raja Asoka mengeluarkan amanat supaya di antara agama - agama dan aliran - aliran haruslah ada ikatan persaudaraan dan perdamaian, setiap agama bebas untuk melakukan kebaktian dan mendapatkan perlindungan yang sama dari raja.

            Pendidikan masyarakat didasarkan pada ajaran Buddha. Oleh sebab itu, beliau melarang pembunuhan terhadap makhluk hidup, baik manusia maupun hewan, yang melanggar aturan itu akan mendapat peringatan keras. Ajaran Buddha mengajarkan adanya kelahiran kembali di 31 alam kehidupan. Kelahiran kembali itu ditentukan oleh hasil perbuatan (kamma) setiap manusia, yakni hasil dari segala perbuatannya, yang baik maupun yang buruk. Oleh karena itu, manusia dan hewan tidak boleh dibunuh.

            Dalam tulisannya, Raja Asoka memerintahkan supaya setiap orang menghormati orang tua, leluhur dan orang - orang yang patut dihormati. Kewajiban lain adalah supaya setiap orang mencari kebenaran, bersikap rendah hati, dan murah hati. Tindakan Raja Asoka yang penting sehubungan dengan ajaranBuddha adalah mendirikan rumah - rumah sakit dan rumah - rumah sederhana; menyediakan pondok - pondok untuk merawat hewan yang sakit; memberi dāna kepada Saṅgha; mendirikan vihara – vihara; mengirim utusan keluar negeri untuk meningkatkan perdamaian, seperti ke Iran, Mesir, dan Sailan; menjaga jalan - jalan raya; menyediakan tempat persinggahan, sumur – sumur; menanam pohon – pohon buah di pinggir jalan untuk umum dan sebagainya.

            Dari semua itu, nampak jelas bahwa Raja Asoka adalah raja yang bijaksana, beragama, berpendirian atas kemanusiaan dan menghormati semua agama. Banyak cerita mengenai ketenaran Raja Asoka, kepercayaan tentang kehidupannya yang istimewa masih terdengar sampai sekarang, terutama di Sailan, pusat ajaran Buddha, beliau dihormati sebagai seorang manusia yang merupakan  penjelmaanBodhisatta.

            Kerajaan Maurya sangat maju dan mencapai puncaknya di bawah pemerintahan Raja Asoka. Setelah raja wafat, kaum Brahmana yang merasa tidak mendapat kedudukan tinggi di masyarakat yang mengikuti ajaran Buddha mengajak rakyat untuk melawan Raja Dasaratha, putera Raja Asoka. Kerajaan Mauryamulai mundur dan terpecah - pecah. Tindakan tersebut tidak menghormati ajaran Buddha. Hal itu akan muncul lagi lima abad kemudian, yakni di zaman Samudragupta.

            Raja Sunga menjadi tidak berkuasa lagi di bawah pengaruh menterinya, Vasudeva, yang akhirnya membunuh raja dan menggantikannya (73 SM). Keturunannya bernama Raja Kanva. Raja Kanva memerintah selama 45 tahun saja dan digantikan oleh Raja Andhra, yang mempunyai 30 turunan, memerintah hampir 250 tahun lamanya, sampai tahun 225 Masehi.

Kerajaan Andhara
            Kerajaan Andhara didiami oleh bangsa Dravida , letaknya dipantai teluk Benggala , diantara muara sungai Godavari dan Krisna. Diwaktu pemerintahan raja Asoka kerajaan itu ditaklukkan dan diharuskan membayar upeti. Tapi kerajaan itu kemudian semakin hari semakin bertambah kuat , sehingga seorang dari antara raja –rajanya dapat menduduki kerajaan Maurya.Selama raja – raja Andhara memerintah , agama Brahma dan Buddha kedua duanya mendapat penghargaan yang sama. Walaupun raja – raja sendiri memeluk agama Brahma , agama Buddha mendapat perlindungan dan bantuan juga dari pihak mereka.
Dalam masyarakat negeri Andhara terdapat 4 golongan yaitu :
1.             raja dan kepala – kepala daerah terdiri dari kaum ningrat Maharathi dan Mahasenapati.
2.             pegawai – pegawai negeri.
3.             pekerja yang terdidik (juru tulis , juru obat , juru tanaman )
4.             pekerja tangan (tukang besi , kayu , pemancing , dsb )

KERAJAAN PARTHI (INDIA BARAT)

            Sisa kerajaan Iskandar Zulkarnain yang masih terdapat di Persia pada masa itu adalah kerajaan Baktria.Penduduknya kebanyakan pengembara yang suka berpindah tempat untuk menggembalakan ternaknya.Bangsa itu selalu hendak memasuki India. Terutama setelah mereka didesak oleh bangsa lain yang datangdari sebelah utara. Kerajaan Baktria akhirnya ditaklukan oleh bangsa Parthi yang kemudian terusmerebut daerah sungai Indus di India Barat. Di zaman ini terjadilah perpindahan bangsa - bangsa AsiaTengah ke India (bangsa - bangsa Parthi dan Saka) secara besar - besaran.

Raja yang terkenal dari bangsa Parthi adalah Gondophares. Menurut berita, raja inilah yang membawaagama Kristen ke India.


KERAJAAN KUSHAN (INDIA UTARA)
            India Utara menderita kerusakkan disebabkan oleh masuknya bangsa Yue - Chi dari Tiongkok Tengah.Bangsa ini amat perkasa, sehingga mereka menaklukkan daerah - daerah Turkestan dan mengusir bangsa- bangsa Saka atau Scyth dari kediamannya disekitar laut Kaspia. Mereka mendirikan suatu kerajaanyang kuat disebelah Utara India.

Zaman Raja-Raja gupta dan zaman keemasan india
            Dalam abad yang ke-4 mulailah cahay yang bersinar kembali dalam sejarha india dengan timbulnya suatu kerajaan baru, yaitu kerajaan gupta. Kerajaan ini menghampiri kemasyuran kerajaan maurya dizaman chandragupta dan asoka maurya.
            Kerajaan ini menghampiri kemasyuran kerajaan Maurya dizaman Chandragupta dan Asoka Maurya.Raja itu mengambil nama Chandragupta 1 , nama yang sudah masyur dizaman purbakala. Ia memerintah dari tahun 320 – 330 dan diganti oleh puteranya Samudragupta yang memerintah antara tahun 330 – 375.
            Raja ini terhitung salah satu yang termasyur diantara raja – raja India. Berhubung dengan peperangan – peperangan yang dilakukannya dan kemenangan – kemenangan yang diperolehnya ia dapat dibandingkan dengan napoleon. Samudragupta adalah Brahmin yang setia kepada agama hindu , akan tetapi orang yang gagah perkasa juga yang ingin memperluas kerajaannya. Tidak lama setelah raja itu dinobatkan ia mulai memerangi kerajaan – kerajaan yang terletak disekitar kerajaannya dan menakklukan daerah yang dinamai sejak lama Hindustan dan kemudian daerah –daerah di sebelah utara. Setelah itu Samudragupta mengadakan persediaan untuk menyerang daerah –daerah di sebelah selatan yang sukar sekali dimasuki. Raja itu berturut turut menakklukan Kosala –Selatan , Nagpur , Orissa dan India Tengah. Peperangan diteruskannya ke bagian selatan sekali dengan melalui sungai Mahanadi dan Godavari dan menakklukan kerajaan – kerajaan Kalinga dan Pallava di daerah Madras yang sekarang. Kemudian Samudragupta mengambil jalan kesebelah barat dan melalui kerajaan – kerajaan Mahrata , Devarashtra dan Khandesh. Peperangan itu memakan waktu lebih dari 3 tahun dan perjalanan tentaranya lebih dari 3000 mil.
            Akan tetapi negeri – negeri yang diperangi itu tidak seluruhnya dapat dimasukkan dalam kerajaannya. Yang langsung di bawah pemerintahannya ialah daerah Hindustan , sebagian dari India Utara dan India Tengah. Yang diluarnya hanya dipandang sebagai kerajaan – kerajaan yang membayar upeti dan di bawah perlindungan kerajaan Gupta. Raja itu mengadakan hubungan dengan Meghavarna , raja Sailan yang beragama Buddha.
            Dibawah pemerintahan puteranya Chandragupta 2 Vikramaditya (375 – 415) kerajaan Gupta bertambah luas lagi. Daerah – daerah di sekitar Indus yang dikuasai orang Saka ditakklukannya , negeri – negeri kaya di India Barat seperti Gujarat dan Malwa dirampas. Dengan jalan demikian kerajaan Gupta dapat mempunyai pelabuhan – pelabuhan ; kapal –kapal memudahkan perhubungan dengan negeri Arab dan Mesir melalui laut Kolzum (laut merah).
            Diwaktu pemerintahan Chandragupta 2 Vikramaditya kerajaan Gupta sampailah dipuncak kebesarannya. Keadaan kerajaan amat makmur dan sentosa , pemerintahan dijalankan dengan bijaksana selama 30 tahun dipegang oleh raja.
            Setelah raja itu wafat ditahun 415 kerajaan Gupta lambat laun mundur , terutama oleh karena desakan bangsa Huna (Huns) dari Utara dan sikap raja – raja penggantinya yang tidak cakap. Diantara tahun 480 -490 jadi kurang lebih 70 tahun sesudah Chandragupta 2 wafat , kerajaan Gupta sudah mulai pecah belah. Keturunan Gupta tetap tinggal memerintah hingga abad ke 8 , akan tetapi hanya sebagai raja –raja kecil saja di Magadha.

5. Zaman Raja Harsha (606-647)
            satu kali lagi dalam sejarah india sebelum zaman islam, pengharapan akan tercapainya persatuan itu timbul, akan tetapi tidak lama, ialah dibawah pemerintahan harsha raja hindu penghabisan yang mahsyur. Pengetahuan kita tentang harsha lebih kurang lagi dari pada pengetahuan tentang raja-raja yang lain , kecuali chandragupta dan asoka maurya. Dua buah sumber keterangan dapat disebut, yaitu kitab yang ditulis oleh huen tsang, tatkala ia mengunjungi india diantara tahun 630-644, jadi ketika raja harsha sampai pada puncak kuasanya dan kitab harsha charita, suatu kumpulan persitiwa-peristiwa yang berturut-turut selama pemerintahan raja harsha yang ditulis oleh pujangga kraton bernama Bana , sorang brahman.


artikel sejarah asia ( zaman arya sampai zaman kerajaan india utara dan selatan)